beradu gaya, pejantan-pejantan memperebutkan betina
kalau perlu berdarah-darah
sebatas menumpahkan birahi, hadiah bagi sang juara.
di dunia mereka, betina hanya pelampiasan syahwat semata
setelahnya, betina dianggap tiada, dipandang sebelah mata
dibiarkan sendiri berusaha, tak didengar jerit kelaparannya
duduk di kursi-kursi jatah
pejantan-pejantan jadi pelupa, tuli juga buta
sibuk sendiri mengisi perut dengan mangsa
hingga musim kawin kembali tiba,
pejantan-pejantan bergaya, berpantas-pantas di depan betina
saling seruduk, mengumbar suara, berkokok janji-janji surga
betina dipuja-puja, diberi lembaran dosa, remah-remah, cuma-cuma.
kasihan betina-betina pelupa,
tak lagi ingat musim kawin sebelumnya
terus berharap, kelak ada pejantan mantap
yang bersedia menetap, bukan selesai hajat lalu minggat, lenyap!
Jakarta, 2 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H