di kamarnya, perempuan itu memanggil rindu. begitu dekat dan jelas, tapi tak mampu ia rengkuh, seolah di dalam kaca pembatas. perempuan itu tak berdaya, ia tak mampu berbuat apa-apa, hanya terkulai layu, sakit dan terbelenggu.
melupakan, adalah hal terakhir yang perempuan itu mau. maka tipuan demi tipuan ia buat untuk memperdaya diri, menyiksa hati, bertubi-tubi, membuat dirinya tenggelam, kehilangan nafas, dalam kesakitan yang terlewat batas. dan entah mengapa perempuan itu terus mencari-cari jalan pintas, di kebuntuan yang sudah terpampang jelas.
tapi waktu ternyata memihak dirinya. ia mampu membakar semua hingga tak bersisa, dan perempuan itu sama sekali tidak bangga. ia hanya lega, terlepas dari perih yang begitu lama, siksaan, kegilaan akan harapan-harapan yang tidak pernah ada, bahkan sejak cerita ini bermula.
dan jika dia mengingat semuanya malam ini, perempuan itu hanya sekedar mengingat, tanpa ada lagi sedikitpun hati dan perasaan terlibat. ia tak mampu benar-benar menjawab, bagaimana bisa melupakan penderitaan yang begitu panjang dan hebat, tanpa sedikitpun menyimpan dendam kesumat?
mungkin ia memilih untuk tak mau lagi menderita, mungkin ia hanya memutuskan untuk bahagia.
Ya, bisa jadi memang sangat sederhana, perempuan itu telah membuat keputusan untuk bahagia! dan hanya itu saja.
Jakarta, 13 Maret 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI