saat masih menunggui malam, pagi diam-diam menyelinap mendahului kita. lalu kita terperangah, merasa diperdaya. dan muncullah curiga, bahwa bumi telah memihak, dan waktu terlalu congkak.
kita lebih senang menuduh, menuding menyalahkan, pada semua yang bisa dikambinghitamkan. lupa diri, merasa kehebatan masih lebih, menganggap nasib terlalu pilih kasih, padahal angin dan hujan tak pernah memilih.
kita tak mau belajar, pada rumput dan ilalang, yang tanpa ada topangan, mampu melewati badai dan topan. kita juga tak meniru burung-burung, yang tak pernah ingin terkurung, yang berani menantang angin gurun, selalu siap sedia bertarung.
kita, terlalu ringkih, sekaligus tinggi hati, menunggu diberi, tanpa mampu memberi. sampai waktu menyingkir pergi, kita terperanjat, tak sempat lagi memperbaiki.
Jakarta, 4 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H