Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Masihkah Kita Layak?

6 Februari 2019   21:27 Diperbarui: 6 Februari 2019   21:32 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kita adalah pengelana yang menempuh jalan-jalan keinginan, yang terkadang sengaja disembunyikan pada tiap persimpangan kepentingan.

kita membungkus rapat-rapat keberpihakan, dengan selimut hasrat akan kesenangan. lalu mendandaninya dengan bedak tebal kepura-puraan.

lalu, kita menamai semua itu sebagai kehidupan!

pada cermin hati, kita sesungguhnya geli, menatap wajah sendiri yang sudah tidak mampu dikenali. kegilaan ini menjadi wabah yang merebak, sindrom petantang-petenteng berlagak dan kita malah menyebutnya sebagai kesuksesan bak wangian bunga semerbak.

kita kehilangan budi, lupa kepada pekerti. dan kalau terus begini,  masihkah kita layak menyandang gelar sebagai makhluk paling sejati di muka bumi?

Luwuk, 6 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun