Sebenarnya sudah lama saya ingin menuliskan artikel ini, tapi beberapa kali tertunda. Penundaan ini dikarenakan dua hal. Pertama karena kesulitan menemukan cara penyampaian yang terbaik, agar apa yang ingin saya sampaikan tidak dipahami secara salah dan menuai polemik. Kedua, karena kondisi yang tidak tepat.
Tapi ya sudahlah, menunggu sampai menemukan cara terbaik dan keadaan yang tepat, rasanya tidak mungkin. Mau diformulasikan dengan cara apapun, pasti selalu ada penafsiran yang tidak sesuai harapan.Â
Kebetulan saat ini lagi ramai urusan pilpres, jadi dari sisi timing, harusnya tidak masalah. Maka saya memberanikan diri menuliskan ini. Kalau bermanfaat, tentu itu sesuai tujuan penulisannya, tidakpun tidak apa-apa, silahkan buang ke tong sampah! Bebas-bebas saja.
Judul tulisan di atas nampak provokatif dan mengganggu. Tapi buat saya tidak, bahkan sebenarnya dalam keseharian, kalimat tersebut lumayan sering saya ucapkan. Lho? Lha iya, memang sebenarnya tidak masalah, setidaknya untuk saya.
Mungkin ini topik sensitif, tapi sekali lagi, tidak untuk saya. Lantaran saya menghormati dan menghargai sistem nilai dan sudut pandang orang lain yang berbeda dengan saya.
Inti yang ingin saya sampaikan adalah, jangan terburu-buru berburuk sangka dengan sebutan kafir, sebelum kita memahaminya, dari sudut pandang berbedaÂ
"A hierarchy of values that all moral agents possess, demonstrated by their choices. Most people's value systems differ, making the imposition of a singular value system by the state a source of constant social warfare. This is an individualistic concept. One's value system is molded by one's virtues or vices.
A person's standards and self-discipline set, based on the common sense and wisdom of knowing what the proper moral rules and discipline are, and the amount of willingness to see themselves and others abide by them."
Dengan segala keterbatasan, saya mencoba menerjemahkannya secara bebas seperti ini:
"Sistem nilai terdiri dari satu set hirarki nilai yang dimiliki seorang individu, ditunjukkan dengan pilihannya. Sistem nilai antar pribadi berbeda, penerapan sistem nilai tunggal oleh negara atau siapa saja akan menjadi sumber masalah sosial. Karena sistem nilai adalah sebuah konsep pribadi."