Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuan Penyembuh dan Gedung Penghimpit

23 Januari 2019   23:08 Diperbarui: 23 Januari 2019   23:21 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kalaulah tak terpaksa, kami tak akan ke sini. untuk apa melacurkan rupiah kepada ringgit, jika tuan-tuan penyembuh sakit tidak menggigit. untuk apa pula kami ke pulau sempit, bila gedung-gedung di negeri sendiri tidak mencekik menghimpit.

bukan, ini bukan karena tuan-tuan kalah hebat. ini juga tidak karena gedung-gedung kami kekurangan alat. tapi kemanakah kami mencari obat, jika uang telah menjadi alas setiap niat, membiarkan kami makin terjerat dalam sekarat?

maka rombongan menyemut, pagi buta mengambil nomor urut, serupa penggemar konser berdesakan tak mau geser, rela menunggu, oleh layanan yang memang bermutu, jauh dari palsu.

andai tuan-tuan seperti mereka, untuk apa kami jauh menjelajah? bila gedung-gedung sendiri sungguh menghiba, ke sini apalah guna. tapi jika semua begitu berbeda, mohon maaf jika kami terpaksa ke pulau bukit bendera, untuk sekedar menyembuhkan luka.

Penang, 23 Januari 2028

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun