Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semoga Tak Habis Tergadai

8 Januari 2019   11:18 Diperbarui: 8 Januari 2019   11:32 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

di seluruh penjuru mata angin, ada tiang-tiang kesadaran. tiang serupa pilar marmer pualam hati ini berfondasikan nurani. itu yang membuat langit kemanusiaan terjaga utuh, benturan kepentingan sebesar tsunami sekalipun tak akan membuatnya runtuh.

selayaknya pualam, menampilkan kemilapnya membutuhkan pengasahan bertahun-tahun, cucuran darah dan air mata sebagai pelumas, menjadikannya lebih berkilat.

jaman ini, masa sekarang ini..., banyak orang yang mengangkat kampak untuk mencungkil dan mengikisnya, menjadikannya sebagai mata cincin dari permata, kemudian di pasar-pasar kepentingan ia digelar, dijaja. lalu, kolektor membeli dan memamerkannya dalam etalase-etalase kebanggaan dunia, membenarkan setiap kata dari pemilik barunya.

dan lihatlah keangkuhan telah merambatinya, memakannya perlahan, menancapkan akar angkara murka hingga membuatnya retak dan pecah, tak lagi berharga!

pualam hati semakin langka, imitasinya  meraja lela. dan luar biasanya, semua menjadikannya perhiasan dengan bangga. perlahan, tiang kesadaran timpang, nurani tercerabut dari fondasi. semoga ini tidak berketerusan, semoga tak runtuh langit kemanusiaan.

Jakarta, 8 Januari 2019     

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun