Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Untuk Biduk yang Terombang-ambing

4 Januari 2019   12:56 Diperbarui: 4 Januari 2019   13:00 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ncartmuseum.org/

perjalanan panjang,

seperti biduk kayu yang menghadang gelombang

ia terombang-ambing, sesekali terhempas, tak jarang pula tergoncang

terlebih di musim ini, angin barat telah membuat lautan pasang

pulau-pulau antara adalah persinggahan

di pantai landainya jangkar perahu ditambatkan

sekedar melepas penat ke tepian

meneropongkan asa ke dermaga di kejauhan

maka jangan berharap sekali kayuh, dua-tiga pulau terlampaui

sebab lautan hidup bukan kanvas untuk melukiskan mimpi

seperti ombak dan buih, ia adalah kenyataan yang harus dihadapi

bukankah setiap perahu, sudah ada pelabuhannya sendiri?

seganas apapun badai, biduk kayu akan sampai

selama ia bernahkoda hati, selama ia berkemudi nurani

Jakarta, 4 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun