Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menerjemah Alam?

31 Desember 2018   06:04 Diperbarui: 31 Desember 2018   06:13 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

di hening malam, mata memberontak saat diajak terpejam. dan pikiran meloncat liar dari satu bintang ke bintang lain, meliuk-liuk tajam.

hening memang menawarkan lautan bagi kelana akal, dengan layarnya yang terbentang, ia menyerap energi angin lamunan. mengayun lembut, atau menyentak-nyentak hingga menabrakkan nalar ke dogma yang terpahat di batu karang.

alam suka ria mengajarkan segala jenis rasa bagi mereka yang mau berguru padanya.

bahwa anugerah tidak selalu berwujud bahagia, dan bencana tak selamanya berarti kutukan atau nestapa.

Alam memang bicara, manusia sekedar menerjemah, tapi mana bisa kita sempurna mengartikannya, sebab paripurnanya makna, hanya otoritas Pencipta.

Belitung, 31 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun