Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menanti Obor Penerang Hati

26 Desember 2018   13:34 Diperbarui: 26 Desember 2018   13:39 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

obor harusnya mengusir gelap
bersinar halus, meliuk-liuk indah dalam senyap
dirinya sendiri perlahan lenyap

obor mestinya tak meninggikan diri
takluk menunduk di depan Terang Abadi
tak berani mewakili Matahari, lalu mengadili bumi

lihatlah hari ini, rombongan kompor berjubah obor
menjilat tinggi, membakar buas, berminyak kata kotor
makin buas, makin dahsyat, makin beringas, makin tersohor

menangislah Ibu Negeri
melihat anak-anaknya terbakar api
menghanguskan rumahnya dengan marah dan benci

tanah ini menanti obor-obor sejati
yang sinar lembutnya menjalar ke sanubari
menerangi hati, membawa damai pulang kembali

Jakarta, 26 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun