![[Puisi] Hati Ringan Menanti](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2024/07/10/img-20240707-164841-668df13634777c28f2183b44.jpg?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
![[Puisi] Obor Membakar Jiwa](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2024/07/07/screenshot-20240707-011852-66898b23c925c432e55184c2.jpg?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
obor harusnya mengusir gelap
bersinar halus, meliuk-liuk indah dalam senyap
dirinya sendiri perlahan lenyap
obor mestinya tak meninggikan diri
takluk menunduk di depan Terang Abadi
tak berani mewakili Matahari, lalu mengadili bumi
lihatlah hari ini, rombongan kompor berjubah obor
menjilat tinggi, membakar buas, berminyak kata kotor
makin buas, makin dahsyat, makin beringas, makin tersohor
menangislah Ibu Negeri
melihat anak-anaknya terbakar api
menghanguskan rumahnya dengan marah dan benci
tanah ini menanti obor-obor sejati
yang sinar lembutnya menjalar ke sanubari
menerangi hati, membawa damai pulang kembali
Jakarta, 26 Desember 2018
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!