Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Balik Mendung

15 Desember 2018   23:36 Diperbarui: 15 Desember 2018   23:53 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendung adalah arakan nestapa, umpama gelayut awan hitam di hati nan luka. Dan kucuran air mata, tak ubah deras hujan dari tak terbendungnya lara.

Maka curahkan saja.

Sungai nurani yang tak dicemari tumpukan sampah, tak akan meluapkan banjir amarah yang menenggelamkan jiwa bercahaya.

Maka biarkan saja.

Sebab hujan derita menumbuhkan tunas-tunas kesadaran, menyuburkan daun-daun ketulusan, juga menguatkan akar-akar kematangan. 

Setelah semua berlalu, langit nalar yang cerah akan kembali utuh. Lalu pelangi pengharapan akan datang, pada mereka yang menghadapi setiap cobaan dengan senyum ikhlas mengembang.

Kendari, 15 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun