Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu Si Anak Laut

14 Maret 2017   15:34 Diperbarui: 14 Maret 2017   15:39 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menekuk lutut di bawah rindang kelapa
Menggurat tanah melukis sebuah wajah
Lembut belai angin sejuk
Membawa lelap membunuh kantuk

Di sini dulu pundaknya dipeluk
Diceritakan tentang ombak dan laut
Senyum yang mengembang di mata terpejam
Dulu, sebelum semua berubah kelam

Di sini, di bawah rindang kelapa
Diajari  membaca angin, bintang juga purnama
Air bening gulirkan pasir dari pipi belia
Ingat semua, sudah tak lagi sama

Cubitan semut membuka mata
Menekuk lagi lutut di bawah rindang kelapa
Kembali menggurat tanah melukis sebuah wajah
Wajah sang guru panutannya, ah…….tak juga bisa!

Lalu bangkit menantang laut
Derai tatap di tiap gulung ombak pecah
Pilu hati sakit, lantang tanpa sahut
Wahai samudera, kapan kembalikan ayah?

Jakarta, 14 Maret 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun