Mohon tunggu...
Ripan
Ripan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Di tengah dunia yang berputar cepat, saya adalah penjelajah kata dan perasaan. Saya menulis untuk menghidupkan kembali kenangan indah dan menciptakan pelangi dari kata-kata. Bergabunglah dengan saya dalam perjalanan menemukan keindahan dalam setiap detik dan momen kehidupan. 📖✍️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Tanpa Jendela

6 September 2024   22:45 Diperbarui: 6 September 2024   22:53 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terjebak, tanpa jalan keluar dan harapan (pixabay.com/TheFelip)

Di dunia ini, ada ruang-ruang yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang terperangkap dalam ketidakmungkinan. Salah satu ruang itu ada di kepala Yuda, seorang mahasiswa semester akhir yang selalu duduk di pojok ruang kelas, mencatat dengan teliti setiap kata yang keluar dari mulut Bu Ratna, dosen favoritnya. Ada sesuatu dalam cara Bu Ratna berbicara—keanggunan, kepercayaan diri, dan kecerdasannya—yang membuat Yuda jatuh hati pada sosok wanita itu.

Namun, perasaan Yuda tidaklah murni. Apa yang dimulai sebagai kekaguman biasa lambat laun berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap. Setiap gerak-gerik Bu Ratna seolah menciptakan bayangan di pikiran Yuda, merangsang obsesi yang kian hari kian mempengaruhi hidupnya. Bahkan dalam tidurnya, bayangan Bu Ratna tak pernah absen. Sosoknya hadir, seolah memanggil-manggil dari ruang di dalam kepala Yuda, tempat tak berujung yang penuh dengan fantasi.

Di malam hari, Yuda sering kali membayangkan skenario di mana ia dan Bu Ratna bisa bersama. Setiap skenario terasa begitu nyata, meski di dalam hatinya ia tahu bahwa itu semua hanyalah khayalan. Namun, semakin hari, obsesi itu semakin kuat, hingga Yuda mulai kehilangan batas antara kenyataan dan imajinasinya.

Suatu malam, setelah tidak dapat menahan dorongan untuk menghubungi Bu Ratna, Yuda mengambil ponselnya dan mulai mengetik pesan.

"Bu, saya tidak tahu bagaimana harus menyampaikannya. Setiap hari saya semakin sulit mengabaikan perasaan ini. Saya tahu ini tidak pantas, tapi saya tidak bisa berhenti memikirkan Ibu. Saya ingin Ibu tahu, saya selalu memikirkan Ibu. Saya harap Ibu mengerti."

Setelah menulis pesan itu, Yuda menatapnya lama. Ia tahu bahwa tindakan ini akan mengundang masalah, tapi ia tidak peduli. Rasa ingin memiliki yang begitu kuat membuatnya memutuskan untuk menekan tombol 'kirim'. Pesan itu pun terkirim, meninggalkan jejak digital dari perasaan yang seharusnya tidak pernah ada.

Keesokan harinya, ketika Bu Ratna membaca pesan itu, ia merasa tercengang. Pesan dari Yuda itu jelas melanggar batas, sesuatu yang sangat tidak pantas. Ia adalah seorang dosen, dan Yuda adalah mahasiswa. Namun, lebih dari itu, Bu Ratna sudah menikah. Bagaimana mungkin seorang mahasiswa bisa berpikir seperti ini?

Dengan cepat, Bu Ratna membalas pesan Yuda, mencoba menghentikan hal ini sebelum semakin parah. Tapi pesan balasannya tidak menenangkan Yuda. Sebaliknya, ia justru merasa semakin tertantang.

Yuda menghabiskan waktu hari-harinya dengan memikirkan balasan dari Bu Ratna. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari makna di balik kata-kata yang sebenarnya sangat jelas. Bu Ratna ingin Yuda menjauh, tapi Yuda tidak bisa menerima kenyataan itu. Dalam pikirannya, Bu Ratna sedang mencoba melindungi perasaan mereka dari dunia luar. Ia yakin, Bu Ratna pun memiliki perasaan yang sama, hanya saja terhalang oleh pernikahannya dengan Tirto.

Adrian, teman sekost Yuda, mulai menyadari perubahan dalam diri sahabatnya. Suatu malam, setelah makan malam bersama, Adrian mulai bertanya-tanya tentang kondisi mental Yuda. Ia menyadari bahwa Yuda sering kali melamun, dan ada bayangan kegilaan dalam matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun