Mohon tunggu...
Rio Septiano
Rio Septiano Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Pemerintahan Dalam Negeri

TRIP

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Tantangan dan Peluang Angkatan Kerja Indonesia : Pentingnya Soft Skill dan Integrasi Artificial Intelligence

12 Januari 2025   13:01 Diperbarui: 12 Januari 2025   13:01 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Menteri Ketenagakerjaan RI, Prof. Yassierli, baru-baru ini menyampaikan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan, dengan angka tertinggi mencapai 4,4 juta pada tahun 2024. Dalam delapan tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan angkatan kerja mencapai 3,3 juta per tahun. Peningkatan ini merupakan refleksi dari dinamika demografi yang dapat menjadi peluang emas bagi perekonomian nasional. Namun, tanpa strategi yang tepat, pertumbuhan angkatan kerja juga berpotensi menjadi tantangan besar, khususnya dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai dan menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas.

Gambaran Umum Angkatan Kerja di Indonesia

Data terkini menunjukkan bahwa struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi oleh sektor informal. Berdasarkan laporan Menteri Ketenagakerjaan, sebanyak 55,10% tenaga kerja berada di sektor informal, sementara 39,98% bekerja di sektor formal, dan sisanya 4,91% tercatat sebagai pengangguran. Dominasi sektor informal ini menjadi cerminan ketidakstabilan pekerjaan yang dihadapi mayoritas pekerja Indonesia, terutama karena sektor ini sering kali kurang terlindungi dari aspek hukum dan sosial.

Dari segi tingkat pendidikan, tenaga kerja Indonesia juga menunjukkan kesenjangan kualitas yang signifikan. Lulusan SD dan SMP mendominasi dengan kontribusi sebesar 52,33%, diikuti oleh lulusan SMA/SMK sederajat sebesar 34,81%, sementara lulusan perguruan tinggi hanya menyumbang 12,86%. Kesenjangan ini menjadi salah satu penyebab rendahnya daya saing tenaga kerja Indonesia, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Lebih lanjut, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 7,5 juta jiwa, dan angka ini berpotensi meningkat jika angkatan kerja baru tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Dalam konteks ASEAN, Indonesia juga tertinggal dalam Human Capital Index (HCI) dengan skor 0,540, jauh di bawah negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Indeks ini menunjukkan bahwa potensi sumber daya manusia Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Transformasi Ketenagakerjaan di Era Digital

Perkembangan teknologi, khususnya artificial intelligence (AI), menjadi pendorong utama transformasi ketenagakerjaan global. AI tidak hanya menciptakan peluang baru di sektor teknologi, tetapi juga mengubah model pekerjaan tradisional melalui otomatisasi. Menurut berbagai penelitian, AI memiliki potensi untuk menggantikan pekerjaan yang bersifat rutin dan repetitif, terutama di sektor manufaktur, administrasi, dan pelayanan.

Namun, di sisi lain, AI juga membuka peluang untuk menciptakan pekerjaan baru, seperti analis data, pengembang perangkat lunak, dan spesialis keamanan siber. Perubahan ini menuntut angkatan kerja Indonesia untuk memiliki keterampilan baru yang relevan dengan era digital, baik dalam aspek teknis (hard skill) maupun non-teknis (soft skill).

Dalam pemerintahan, AI mulai digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan yang berbasis data. Misalnya, sistem berbasis AI dapat membantu menganalisis data ketenagakerjaan, memprediksi kebutuhan pasar tenaga kerja, serta merancang program pelatihan yang lebih efektif. Namun, meskipun AI memberikan efisiensi tinggi, teknologi ini tidak dapat sepenuhnya menggantikan kemampuan manusia dalam hal empati, kreativitas, dan pengambilan keputusan yang kompleks.

Pentingnya Peningkatan Soft Skill

Soft skill adalah kemampuan non-teknis yang mencakup aspek komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, kerja sama tim, dan kemampuan berpikir kritis. Di era digital, keberadaan soft skill menjadi semakin penting karena teknologi cenderung menggantikan pekerjaan berbasis hard skill yang bersifat teknis dan repetitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun