Mohon tunggu...
Rio S. Pambudi
Rio S. Pambudi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lahir di Nganjuk pada tahun 1995. Kini tinggal di Kota Bekasi. Tulisan-tulisannya dapat dibaca di riosakapambudi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hadiah untuk Pemberani

2 Maret 2016   07:15 Diperbarui: 2 Maret 2016   07:19 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu tidak sengaja kubaca informasi tentang SNMPTN di beranda Facebook. Katanya pendaftaran SNPMTN akan dibuka beberapa jam lagi. Penasaran, kucari informasi di situs resminya dan ternyata benar adanya. Beberapa menit kemudian pun aku mulai mengingat-ingat masa lalu.

Tiga tahun lalu aku mengalami apa yang mungkin dialami juga oleh anak-anak kelas tiga SMA sekarang ini: bingung memilih jurusan apa dan perguruan tinggi yang mana. Tentu ada perguruan tinggi negeri yang kuidamkan sehingga aku seharusnya tidak perlu bingung. Tapi pada hari-hari pendaftaran itu muncullah keraguan dan kebimbangan yang dapat diringkas menjadi satu pertanyaan, “Apakah aku bisa diterima di sana?”

Aku mengidamkan berkuliah di Teknik Informatika ITS. Sejak kelas satu SMA, aku sudah menetapkannya sebagai target bahkan jauh-jauh hari aku sudah mengasah kemampuan logika dan komputer untuk bekal kuliah nantinya. Ketertarikanku pada dunia informatika sudah tumbuh sejak pertama kalinya aku berkenalan dengan komputer ketika SD, dan semakin melekat setelah seorang kenalan menunjukkanku seperti apa bentuk pemrograman yang sesungguhnya. Pernah aku ditanya oleh guru BK, dan kujawab mantap, “Teknik Informatika ITS!”

Namun pada saat kelas tiga dan melihat nilai-nilai yang merosot tajam terutama pada pelajaran matematika, aku mulai ragu apakah kemampuanku sebanding dengan jurusan yang kuinginkan itu. Pada saat SNMPTN dibuka, aku benar-benar pesimis. Siswa SMA di seluruh Indonesia sedang berebut kursi perguruan tinggi negeri dan Teknik Informatika ITS bukanlah jurusan yang sepi peminat, apa yang membuatku berpikir kalau aku akan berhasil padahal di SMA-ku saja aku hanya peringkat menengah ke bawah?

Dan di pikiranku pun mulai muncul suara-suara :

…kalau aku memilih Teknik Informatika ITS dan kemungkinan besarnya akan gagal, aku sama saja membuang kesempatan masuk PTN tanpa tes tulis…

…tes tulis atau SBMPTN itu susah banget lho, mending berjuang di SNMPTN saja…

…yang penting bisa kuliah di perguruan tinggi negeri, yang penting negeri…

…aku di SMA juga kurang giat belajar, bisa kuliah di negeri saja sudah bagus, kok masih milih-milih pengen di ITS…

Aku mengutaran kegelisahanku pada orangtuaku, dan mereka mengatakan akan merestui apa pun pilihanku. Perlu waktu semalam bagiku untuk berpikir, dan pada akhirnya sikap optimis yang kubangun sejak kelas satu SMA pun lenyap. Sejak kelas satu SMA aku sudah berdoa untuk diterima di Teknik Informatika ITS, dan sejak hari itu aku mengganti doaku. Mungkin waktu itu aku begitu bodoh karena tidak percaya dengan kekuatan doa.

Pikirku waktu itu, setidaknya aku masih berkuliah di perguruan tinggi negeri. Aku memilih jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah yang kira-kira peminatnya tidak terlalu banyak, dan yang kira-kira kuliahnya tidak begitu susah (karena selain komputer, aku tidak begitu paham apa lagi yang bisa membuatku tertarik). Aku ragu dengan kemampuankmu sendiri. Aku terlalu pesimis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun