Mohon tunggu...
Nova Rio Redondo
Nova Rio Redondo Mohon Tunggu... Mahasiswa - #Nomine Best Student Kompasiana Award 2022

Mahasiswa Teknologi Informasi UIN Walisongo Semarang. Personal Blog: novariout.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Teori Relationship Media Sosial Menjadi Racun Hubungan

26 Januari 2025   23:50 Diperbarui: 27 Januari 2025   06:42 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi (Teori Relationship Media Sosial) | everypixel.com

Dampak negatif ini mungkin bersifat subjektif, tetapi bisa dijadikan pertimbangan juga.

1. Menciptakan Ekspektasi yang Tidak Realistis

Salah satu masalah terbesar dari teori relationship adalah bagaimana mereka menciptakan ekspektasi yang tidak realistis. Sebagai contoh, video yang memperlihatkan pasangan yang selalu memberikan hadiah mewah atau melakukan gestur romantis spektakuler sering kali membuat penonton merasa bahwa itu adalah standar normal dalam hubungan.

Ketahuilah bahwa setiap pasangan tidak bisa selalu memenuhi fantasi romantis yang ditampilkan di media sosial.

2. Membandingkan Hubungan Sendiri dengan Orang Lain

Media sosial memfasilitasi budaya perbandingan yang tidak sehat. Ketika seseorang terus-menerus melihat postingan pasangan lain yang tampaknya sempurna, mereka mulai meragukan kualitas hubungan mereka sendiri.

3. Menormalisasi Perilaku Toxic

Ironisnya, teori relationship juga sering kali menormalisasi perilaku yang sebenarnya beracun. Misalnya, video yang menyarankan "tes kesetiaan" kepada pasangan atau narasi yang memuja perilaku terlalu posesif sebagai tanda cinta.

Bukanka hubungan yang sehat didasarkan pada rasa saling percaya, bukan manipulasi atau kontrol berlebihan.

Salah satu tanda hubungan yang sehat adalah adanya kepercayaan dan penghargaan terhadap privasi pasangan. Ketika media sosial mempromosikan sebaliknya, hal ini bisa menjadi akar masalah dalam banyak hubungan.

4. Tekanan untuk Mengikuti Tren

Di era digital, tren relationship seperti couple challenge atau matching outfits sering kali menjadi ajang pembuktian cinta. Pasangan yang tidak ikut serta dalam tren ini mungkin merasa kurang romantis atau tidak cukup membuktikan cinta mereka. 

Tekanan semacam ini tidak hanya menguras energi, tetapi juga mengalihkan fokus dari hal-hal yang benar-benar penting dalam hubungan.

5. Cemburu dan Kecurigaan Berlebihan

Narasi di media sosial yang sering kali membesar-besarkan pentingnya "bukti cinta" dapat mendorong seseorang untuk menjadi terlalu curiga atau posesif.

Media sosial juga memicu kecemburuan dan kecurigaan yang tidak perlu. Ketika seseorang melihat pasangan mereka menyukai atau mengomentari postingan orang lain, hal itu bisa memicu prasangka negatif.

Pengaruh Media Sosial yang Sangat Kuat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun