Pada tahun ini, lebih tepatnya pada hari Senin, 6 Januari 2025, sebuah terobosan besar dilakukan oleh pemerintah dengan meluncurkan program makan bergizi gratis untuk murid di berbagai sekolah.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan konsentrasi siswa sekaligus mengurangi angka malnutrisi di kalangan pelajar.
Namun, di balik niat mulia ini, bagaimana tanggapan murid-murid yang menjadi sasaran utama? Apakah program ini layak diapresiasi atau justru hanya sekadar formalitas yang kurang menggugah selera?
Menu makan siang dalam program ini diklaim telah dirancang oleh ahli gizi untuk memastikan keseimbangan nutrisi.
Program ini mendapat berbagai macam reaksi dari para murid. Sementara beberapa murid merasa terbantu dengan makanan bergizi, lainnya mungkin merasa kurang puas karena rasa yang dianggap kurang menarik.
Apakah Makanan Sehat Harus Membosanakan?
Pertanyaan ini menjadi relevan ketika membahas persepsi siswa terhadap makanan sehat. Banyak murid yang terbiasa dengan makanan cepat saji atau jajanan pinggir jalan yang memiliki rasa kuat.
Ketika dihadapkan dengan menu sehat yang rasanya lebih netral, beberapa dari mereka mungkin merasa kurang termotivasi dan kurang bernafsu untuk menghabiskannya.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pihak penyelenggara khususnya pemerintah untuk membuat makanan sehat yang lebih menggugah selera tanpa mengorbankan nilai gizinya.
Program ini adalah langkah awal yang baik untuk membangun kebiasaan makan sehat sejak dini. Murid yang terbiasa makan makanan bergizi di sekolah memiliki peluang lebih besar untuk menerapkan pola makan sehat di rumah.
Sepertinya program ini harus melibatkan siswa dalam proses perencanaan menu agar makanan yang disajikan lebih sesuai dengan selera mereka.