Sudah hampir satu tahun lalu sejak tulisan ini dibuat saya melakukan kegiatan KKN. Saya mengingat banyak hal tentang apa saja yang saya dan teman-teman saya lakukan selama KKN, entah itu dari awal perekrutan sampai akhir perpisahan.
Karena terlalu banyak momen kocak selama KKN maka akan saya bagikan pengalaman kocak yang paling awal terlebih dahulu, yaitu saat perekrutan anggota KKN. Beginilah ceritanya;
Awalnya kabar resmi dari kampus tentang KKN belum resmi keluar, tetapi para mahasiswa dikampus tempat saya belajar sudah sibuk mencari anggota KKN lewat media sosial, bahkan banyak juga yang langsung merekrut secara face to face.
Pada awalnya saya merasa tenang, karena saya sudah memiliki kelompok KKN yang mayoritas adalah teman kelas saya sendiri dan saya juga memiliki plan B untuk mengikuti KKN misi khusus bersama teman saya yang lain, jika plan A saya rasa tidak sesuai.
Singkat cerita saja. Setelah saya berpikir dan berdiskusi kepada kakak tingkat, saya memutuskan untuk keluar dari kelompok KKN yang mayoritas berisi teman kelas saya sendiri. Faktor paling besar yang membuat saya mengeluarkan diri adalah, karena terlalu banyak "pasangan" dalam kelompok tersebut.
Tapi secara bersamaan plan B yang saya harapkan juga sirna. Dikarenakan jumlah kelompok dari KKN misi khusus sudah penuh. Dari dua kejadian tersebut resmi sudah saya tidak memiliki kelompok KKN.
Beberapa hari kemudian saya bertemu dengan dua orang teman saya (satu teman kelas, satu teman UKM) untuk memabahas tentang tentang merekrut anggota atau bergabung dengan tim KKN lain yang anggotanya masih kurang.
Sedikit info: Kampus yang saya tempati memiliki proporsi mahasiswi yang lebih banyak dari pada mahasiswa. Mungkin selisihnya 70% berbanding 30%. Atau mungkin lebih dari 70%.
Jadi mahasiswa di UIN tidak terlalu memikirkan bahwa dirinya tidak akan memiliki kelompok KKN. Dengan memanfaatkan jumlah proporsi tersebut maka kami bertiga memutuskan untuk bergabung dengan anggota KKN lain yang anggotanya masih kurang dari pada harus membuat kelompok baru.
Disinilah momen kocak terjadi. Kami mencari info perekrutan di media sosial. Dan yang benar saja, ada banyak sekali pamflet perekrutan KKN yang membutuhkan anggota laki-laki. Bahkan hampir semua pamflet membutuhkan member laki-laki.
Mulai dari sanalah kami berpikir bahwa laki-laki di UIN Walisongo Semarang saat itu adalah sebuah berlian sekaligus raja yang sedang dicari-cari oleh rakyatnya.
Kamipun dengan cepat menyalin semua nomor telfon pamflet perekrutan tersebut untuk nantinya dihubungi. Karena laki-laki sangat dibutuhkan di kelompok KKN maka kami melakukannya dengan santai tapi tetap hati-hati.
Kami menghubungi nomor tersebut satu persatu untuk kemudian bertemu dan mengobrol secara langsung. Dalih mereka yang ingin merekrut, malah kita sebenarnya yang merasa ingin merekrut mereka, dengan mangajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka saat bertemu.
Saya dan teman saya sudah bertemu banyak sekali kelompok KKN hingga pada akhirnya kami memutuskan bergabung dengan kelompok yang isinya hanya empat perempuan saja ditambah dengan kami, jadi hanya tujuh orang. Itu baru awalnya saja, kami masih kekurangan delapan orang lagi.
Terkadang kami merekrut orang dengan cara yang tidak rasional dan tidak masuk akal sama sekali dan malah membuat ngakak mulai dari dilihat dari profil wa, akun instagram, typing dari wa dan lain sebagaimya.
Karena kebanyakan yang dicari-cari adalah laki-laki, jadi untuk menerima perempuan rasanya sulit bagi kami. Bahkan ada perempuan yang sampai memohon hanya untuk bergabung menjadi anggota KKN.
Setelah beberapa hari berlalu kelompok KKN kami sudah terdiri dari 1o orang. Perekrutan yang tidak masuk akalpun kami lakukan lagi. Bahkan kami menamhakan syarat tambahan untuk harus mengirim CV hingga harus foto selfi. Bahkan harus video call terlebih dahulu.
Walaupun cara itu tidak masuk akal tapi tetap saja masih ada yang ingin bergabung dengan kelompok kami dan memenuhi persyaratan absurd tersebut. yang membuat saya sendiri terheran-heran dan ngakak.
Saat merekrut seseorang kami tidak merekrut orang yang terlalu "wow" dan terlalu "huuu". Yang terpenting adalah niat ikut KKN dan bisa kerja. Kalau saya sendiri sih yang penting hidup gak rewel sudah cukup.
Mencari anggota KKN mungkin hampir sama seperti mencari karakter untuk tim petualangan RPG. Kamu butuh yang kuat dalam bertani (strength), cerdas dalam berinteraksi dengan warga (intelligence), dan punya stamina tinggi untuk menghadapi tantangan (endurance).
Kebetulan juga pada saat masa perekrutan saya secara paksa ditunjuk menjadi ketua kelompok, walaupun saya tidak meng-iya-kan tapi mereka meng-iya-kan. Walaupun saya tidak terlalu peduli dengan KKN tapi saya peduli dengan anggota perekrutan tersebut (Eh berarti kyk sama aja ya. Wkwkwk).Â
Walaupun perekrutan terlihat absurd, aneh, dan kocak. Tapi tetap saja kami semua berdiskusi dengan hati-hati tentang apakah orang tersebut layak untuk bergabung atau tidak.
Saat proses perekrutan pastinya tidak lepas dengan wawancara bukan? tapi teman saya selalu memiliki cara uniknya tersendiri saat menanyakan sesuatu ke calon anggota. Mulai dari bercerita panjang lebar sampai bertanya hal-hal random.
Contoh pertanyaan random seperti; "sudah punya suami berapa mbak?"," besok kalo KKN suaminya ajak ya kak?"." Punya mobil gak mbak?","Agamanya apa kak?","hafal Al Fatihah gak?" dan masih banyak lagi.
Perekrutan anggota kelompok KKN mungkin sama seperti mencari jodoh, harus sabar dan telaten. Siapa tahu yang cocok malah yang paling aneh. Wwkwkwk.
Anggota KKN yang dipilih harus seperti teh botol, bisa diandalkan di saat-saat sulit dan tetap segar di tengah panasnya tantangan dan drama-drama yang menyertainya.
Singkat cerita kelompak KKN kami sudah berjumlah 15 orang (4 laki-laki dan 11 perempuan), tentunya dengan disertai oleh beberapa drama lainnya. Perekrutan yang kocak tersebut tentunya menghasilkan hasil yang kocak saat hari KKN. Walaupun perekrutan dilakukan dengan kocak tapi KKN harus tetap dilakukan dengan serius.
Bahkan teman saya melanjutkan kelucuannya selama di dalam posko, di lingkungan KKN, bahkan sampai saat liburan ke tempat wisata disekitaran tempat KKN. berikut merupakan salah satu bukti kerandoman mereka:
Walaupn begitu mereka terkadang mampu beradaptasi dengan baik, terutama saat harus tidur di kasur yang keras dengan banyak nyamuk dan hewan liar yang datang tanpa diundang.
Saya hanya berani membagikan kerandoman foto anggota laki-laki saja yang diperbolehkan, karena saya tidak ingin ribet berhadapan dengan perempuan hanya karena saya menguploadnya disini. Bisa-bisa Kompasiana kena banned nanti. Wkwkwkwk.
Kelompok KKN bisa diibaratkan sebagai guild dalam game, jadi setiap anggota memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.Â
Berikut merupakan foto seluruh prajurit yang telah berhasil menyelesaikan misinya:
Kerandoman ini hanyalah sebagian kecil saja. Masih banyak kerandoman di dalam KKN maupun setelah KKN, tentunya saya juga harus menyaring cerita dan gambar mana saja yang boleh saya bagikan. Btw jangan tanya saya yang mana ya. Wkwkw.
Maka dari itu saya hanya membagikan secara singkat proses perekrutannya saja.
Anggap saja KKN itu seperti bermain game The Sims, tapi versi nyata. Kamu harus membangun hubungan dengan warga, mencari nafkah, dan memperbaiki 'kebun' agar berkembang.
Kata teman saya dalam drama KKN, cinta seringkali seperti sambal, bikin hati pedas tapi ingin terus mencicipinya.
Mungkin momen kebersamaan KKN hanya bisa dirasakan sekali saja, jika KKN diulangpun dengan orang dan tempat yang sama, rasanya pasti sudah berbeda.
Terkadang, salah satu kegiatan kelompok KKN kami bagikan di akun kompasiana "Posko 97 Desa Penyangkringan" sedangkan untuk kerandoman lainnya ada di Instagram dan tik tok.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI