Pada postingan quotes tersebut terdapat berbagai macam pandangan yang dituliskan dalam kolom komentar, masing-masing berargumen tentang quotes tersebut.
Dari quotes tersebut sepertinya kita harus tahu dulu bagaimana cara menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar juga. Karena memahami kebenaran tidak semudah itu.
Biasanya ada orang mengungkapkan kebenaran dengan cara yang salah, lebih cenderung menghina daripada menasehati. Menasehati saja tidak boleh dikeramaian meskipun menasehati sesuatu yang bisa dikatakan benar.
Dalam postingan quotes tersebut juga ada seseorang yang berkomentar, bahwa dari quotes tersebut kebenaran hanya dikelompokkan menjadi dua.
Dimana orang cerdas merenung dan orang bodoh akan tersinggung, mencerminkan pandangan yang sempit dan mengandung kesombongan.
Pandangan semacam ini tidak hanya mengabaikan kompleksitas emosi dan intelektual manusia, tetapi juga secara tidak langsung menempatkan pembicara di posisi superior, seolah-olah mereka memiliki otoritas mutlak dalam menilai kebenaran dan kecerdasan.
Mungkin saja jika yang mengatakan quotes tersebut seperti Imam Syafi'i mungkin memang dapat diterima, tapi jika yang mengatakan orang-orang biasa maka orang akan lebih mempertanyakan.
Mengaitkan kemampuan seseorang untuk menerima kebenaran dengan label "cerdas" dan "bodoh" menciptakan pemisahan yang tidak perlu dan merendahkan.
Reaksi terhadap kebenaran seringkali lebih kompleks daripada sekedar perenungan atau rasa tersinggung.
Jangan percaya semua yang anda baca di internet, terutama kutipan dari orang-orang terkenal. --Abraham Lincoln (mungkin)
Untuk memahami bahwa tidak semua quotes di internet dapat diandalkan, karena banyak yang tidak jelas sumbernya atau bahkan dapat keliru dalam konteksnya. Oleh karena itu, bijaksanalah dalam menilai dan menggunakan quotes sebagai panduan dalam kehidupan.