Dalam kerumitan manusia, terkadang terdapat dorongan yang kuat untuk mencari pemahaman tentang siapa kita sebenarnya.Â
Tak heran, kita sering terpikat oleh analisis yang terasa begitu akurat dan pribadi. Namun, di balik kecocokan itu, tersembunyi sebuah fenomena psikologis yang menarik yang dinamakan efek Barnum Forer.
Jadi, Barnum effect adalah fenomena di mana seseorang percaya bahwa suatu deskripsi kepribadian atau karakteristik tertentu berlaku khusus untuk dirinya sendiri. Tapi kenyataannya, deskripsi tersebut bersifat umum.
Efek Barnum telah terlibat dalam validasi pribadi dan dalam "cold reading", yang keduanya digunakan secara rutin oleh banyak astrolog, peramal, penyembuh iman, peramal nasib, ahli grafologi, medium, pembaca kartu tarot, dan lain-lain (Hyman, 1981).
Cold reading adalah teknik yang digunakan pesulap dan ahli trik lainnya untuk meyakinkan orang lain bahwa si "penerawang" berkomunikasi dengan dunia spirit atau merasakan sesuatu menggunakan cara batiniah lain.
Efek Barnum Forer pertama kali diamati oleh psikolog Bertram R. Forer pada tahun 1948.Â
Dalam eksperimennya, Forer memberikan tes kepribadian kepada para mahasiswanya dan kemudian memberikan analisis kepribadian yang seharusnya disesuaikan dengan masing-masing individu berdasarkan jawaban mereka.
Namun, analisis yang diberikan pada kenyataannya adalah pernyataan umum yang dapat berlaku untuk siapa saja.Â
Hasil penelitian itu sangat mengejutkan, mayoritas mahasiswa memberi nilai tinggi pada keakuratan analisis mereka, meskipun analisis tersebut seharusnya bersifat umum.Â
Ini adalah contoh klasik dari efek Barnum Forer, di mana pernyataan yang samar dan umum diterima sebagai sesuatu yang sangat relevan dan akurat secara pribadi.
Paul Meehl pada tahun 1956 menemukan bahwa profesional psikolog pun rentan terhadap efek ini ketika menilai klien mereka berdasarkan tes proyektif.Â
Mengapa Manusia Bisa Terkena Efek Barnum Forer?
Salah satunya adalah kecenderungan manusia untuk mencari konfirmasi terhadap gambaran positif tentang dirinya sendiri.
Ketika sudah disajikan dengan pernyataan yang memperkuat gambaran tersebut, manusia cenderung menerimanya tanpa melakukan evaluasi kritis yang memadai.
 Selain itu, kecenderungan manusia untuk memahami diri mereka sendiri melalui pemahaman dan interpretasi subjektif tentang pengalaman mereka juga dapat menjelaskan mengapa mereka rentan terhadap Efek Barnum Forer.
Manusia cenderung melihat dunia melalui lensa pengalaman dan keyakinan mereka sendiri, sehingga mereka lebih mungkin untuk menerima pernyataan yang dapat disesuaikan dengan interpretasi mereka tentang diri mereka sendiri.Â
Penerapan Efek Barnum Forer
Contoh yang paling sering adalah saat tes kepribadian, pada saat ini sering menggunakan pernyataan umum yang dapat berlaku untuk berbagai jenis kepribadian.Â
Meskipun demikian, banyak orang yang merasa bahwa hasil tes tersebut sangat menggambarkan diri mereka dengan akurat.
Dalam praktik pembacaan tarot, pernyataan yang diberikan oleh pembaca sering kali ambigu dan dapat diinterpretasikan dengan beragam cara.Â
Meskipun begitu, individu yang sedang menjalani sesi tarot mungkin merasa bahwa informasi yang diperoleh sangat relevan dengan pengalaman hidup mereka.Â
Efek Barnum Forer juga dapat ditemukan dalam interaksi sehari-hari, di mana orang sering memberikan penilaian yang umum atau samar tentang orang lain yang kemudian diterima oleh individu tersebut sebagai sesuatu yang sangat spesifik.Â
Mengatasi Efek Barnum Forer
Pertama adalah memahaminya, dengan memahami konsep ini secara lebih mendalam, seseorang dapat menjadi lebih waspada terhadap pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kesadaran akan keberadaan Efek Barnum Forer dapat membantu seseorang menjadi lebih skeptis terhadap informasi yang diterima, terutama jika informasi tersebut terdengar terlalu baik untuk menjadi kenyataan atau jika tidak didukung oleh bukti yang kuat.
Berikutnya adalah, cobalah untuk mencari pendapat atau evaluasi dari orang lain yang tidak terlibat dalam situasi.Â
Dengan meminta pendapat dari orang lain yang memiliki sudut pandang yang berbeda, seseorang dapat mendapatkan perspektif tambahan yang dapat membantu mereka melihat apakah pernyataan yang diterima benar-benar relevan atau hanya bersifat umum.Â
Jangan menerima informasi tanpa pertimbangan, tetapi juga melakukan penelitian atau verifikasi untuk memastikan bahwa informasi tersebut memang valid dan relevan.
Muslihat terbesar yang dialami manusia adalah dari opini-opini mereka sendiri. Kadang-kadang, kita melihat kebenaran bukan karena kebenaran itu sendiri, tetapi karena kita ingin melihatnya.Â
Akhir kata "Terkadang, kata-kata mampu membangun ilusi yang begitu kuat sehingga kita lupa untuk melihat dengan logika yang jernih."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H