Mohon tunggu...
Nova Rio Redondo
Nova Rio Redondo Mohon Tunggu... Mahasiswa - #Nomine Best Student Kompasiana Award 2022

Mahasiswa Teknologi Informasi UIN Walisongo Semarang. Personal Blog: novariout.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Kerapuhan Menjadi Antifragile

7 September 2023   13:31 Diperbarui: 7 September 2023   13:36 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration: a man is thinking and being antifragile | galadiva.com

Dalam perjalanan hidup ini, sering kali saya merasa rentan dan rapuh. Demikian juga manusia lainnya, pasti juga merasakan hal yang sama, mustahil jika seseorang tidak pernah merasakannya.

Ketika badai kehidupan datang menghantam, seseorang mungkin merasa seperti kerapuhan saat menghadapinya. Rasanya seperti segalanya bisa runtuh kapan saja, dan kecemasan tak henti-hentinya menghantui.

Tetapi terkadang saya berpikir, saat manusia membiarkan dirinya merenung lebih dalam, orang tersebut mungkin menyadari bahwa di dalam kerapuhan itu terdapat peluang yang luar biasa untuk tumbuh dan berkembang. 

Setelah saya cari-cari di internet ternyata yang seperti itu biasa disebut antifragile. Antifragile ini  pertama kali diperkenalkan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya yang berjudul "Antifragile: Things That Gain from Disorder" pada tahun 2012.

Antifragile ini merujuk pada sifat atau karakteristik suatu sistem, entitas, atau individu yang tidak hanya tahan terhadap gangguan atau ketidakpastian, tetapi sebenarnya memperoleh keuntungan atau tumbuh lebih kuat dari gangguan tersebut.

Atau dalam wikipedia antifragile adalah properti sistem yang kemampuannya meningkat untuk berkembang sebagai akibat dari pemicu stres, guncangan, volatilitas, kebisingan, kesalahan, serangan, atau kegagalan.

Ketika berbicara tentang antifragile, kita berbicara tentang sesuatu yang lebih dari sekadar tahan terhadap stres atau ketidakpastian. Sifat antifragile mengarah pada tindakan yang sebenarnya memperkuat sistem ketika dihadapkan pada tekanan, perubahan, atau ketidakstabilan.

Jika dipikir lagi konsep antifragile ini dapat juga diterapkan dalam berbagai konteks, seperti ekonomi, bisnis, teknologi, dan tentunya dalam kehidupan pribadi manusia.

Contoh dalam konteks bisnis, perusahaan yang antifragile bukan hanya bertahan dalam menghadapi persaingan atau perubahan pasar, tetapi mereka berkembang dan bahkan menjadi lebih unggul karena tekanan tersebut mendorong mereka untuk berinovasi, meningkatkan efisiensi, dan mendiversifikasi strategi mereka.

Hal terpenting dari antifragilie adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman, terutama dari kegagalan. Mereka melakukan adaptasi dan evolusi berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut sehingga menjadi lebih tangguh dan efisien. 

Daripada merasa terancam oleh perubahan, individu atau organisasi yang antifragile melihatnya sebagai kesempatan untuk merespons dengan inovasi, kreativitas, dan peningkatan.  

Mereka tidak hanya "bertahan hidup" dalam lingkungan yang berubah, tetapi mereka berkembang dalam prosesnya. Mereka sadar lalu bangkit dan memperkuat dirinya.

Nicholas Taleb mengembangkan gagasan bahwa banyak sistem dalam hidup ini cenderung memiliki tiga kondisi: fragile, resilient, atau antifragil. 

sifat fragile adalah ketika suatu sistem atau entitas rapuh dan rentan terhadap gangguan atau ketidakpastian. Resilient mengacu pada kemampuan sistem untuk bertahan dan kembali ke keadaan semula setelah terkena gangguan.

Sedangkan antifragile adalah ketika suatu sistem justru memperoleh keuntungan atau tumbuh lebih kuat ketika dihadapkan pada gangguan atau ketidakpastian.

Nicholas Taleb juga berpendapat bahwa dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan, sering kali lebih penting untuk menjadi antifragile daripada hanya tahan (resilient) apalagi menjadi fragile.

Simpulan

Antifragile adalah konsep yang mengajarkan kita untuk melihat ketidakpastian sebagai teman, bukan musuh. Ini adalah tentang menjadi lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih mampu berkembang dalam menghadapi tekanan dan perubahan.

Hal ini mengajarkan bahwa dalam menghadapi ketidakpastian, penting untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan menjadi lebih tangguh. 

Rasa takut terhadap ketidakpastian hanya membatasi sesorang. Ketika orang tersebut belajar untuk merangkulnya, maka ia juga membebaskan dirinya untuk mencapai potensi penuhnya

Jadilah seperti air yang mengalir; fleksibel, adaptif, dan antifragile. Air tidak menghancurkan batu, tetapi mengikisnya seiring waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun