Metakognisi erat kaitannya dengan pemahaman diri atau pengaturan diri dalam pembelajaran. Menerapkan metakognisi dalam gaya belajar soliter melibatkan pemahaman dan pengawasan terhadap proses belajar sendiri.Â
Jika dalam wikipedia, metakognisi adalah kemampuan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. Kognitif disini mengacu pada segala sesuatu yang terkait dengan proses mental yang melibatkan pemahaman, penilaian, dan pemrosesan informasi.Â
Sedangkan gaya belajar soliter adalah, gaya belajar yang lebih suka belajar secara mandiri dan bekerja sendiri. Jadi tingkat pemahaman yang didapat akan lebih maksimal jika belajar secara mandiri.Â
Individu dengan gaya belajar soliter cenderung memperoleh pemahaman yang lebih baik melalui membaca sendiri, mengatur waktu belajar pribadi, atau menggunakan sumber daya individual seperti buku, video, atau panduan.
Dalam dunia yang begitu sibuk dan penuh distraksi, kemampuan untuk merangkul gaya belajar soliter dan mengaplikasikan metakognisi menjadi suatu keistimewaan yang memungkinkan seseorang menjadi pembelajar yang lebih efektif dan mandiri.
Menerapkan metakognisi dalam gaya belajar soliter membuka pintu bagi kita untuk menggali potensi belajar yang tersembunyi. Selain itu, penerapan metakognisi dalam gaya belajar soliter juga melibatkan pengalaman yang mendalam dalam memantau diri sendiri.
Saat seseorang tenggelam dalam proses belajar, orang tersebut mampu secara aktif memeriksa pemahaman terhadap materi yang sedang  dipelajari. Itu adalah momen yang luar biasa ketika seseorang menyadari apa yang telah mereka kuasai dan dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih.
Menerapkan metakognisi dalam gaya belajar soliter juga menciptakan ruang untuk melibatkan diri dalam proses berpikir kritis dan reflektif. Bukan saja menerima informasi secara pasif, tetapi juga secara aktif menganalisis.
Seseorang dengan gaya belajar soliter memiliki, pendirian yang teguh dan juga memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mengarungi perjalanan pembelajaran secara mandiri.
Dalam kesendirian, orang tersebut merasa bebas untuk mengeksplorasi sudut-sudut gelap yang tersembunyi dalam berbagai hal yang dia pelajari. Tanpa adanya distraksi dan interupsi, dia merasa terhubung dengan inti materi yang dia telusuri.
Namun, di balik itu semua, seseorang yang memiliki gaya belajar soliter juga menghadapi tantangan yang unik. Terdapat saat orang tersebut merasa kesepian dan merindukan interaksi sosial. Dia menyadari bahwa belajar tidak hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.Â
Mereka belajar untuk memecahkan teka-teki intelektual dengan keterampilan berpikir kritis yang tajam, mengevaluasi gagasan dengan kecerdasan yang mendalam, dan menjalin hubungan antara beberapa konsep yang berbeda dengan kecermatan dan kejelian.
Bagi saya pribadi, menerapkan metakognisi dalam gaya belajar soliter adalah perjalanan yang tak terlupakan. Rasanya seperti kita menggenggam kendali atas proses belajar kita dan membangun fondasi yang kuat untuk sebuah pengetahuan dan pemahaman.
Tidak seterusnya seseorang menggunakan gaya belajar soliter, karena setiap individu memiliki kombinasi unik dari gaya belajar yang melibatkan aspek visual, auditori, kinestetik, atau sosial. Pilihan gaya belajar dapat bervariasi tergantung pada situasi dan apa yang akan dipelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H