Mohon tunggu...
Riony Rahayu
Riony Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 3 Cibadak Kab. Sukabumi

Berusaha Terus Berkarya Untuk Memajukan Peradaban Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Pembelajaran Berdiferensiasi oleh Dokter di Sekolah

12 April 2023   23:27 Diperbarui: 12 April 2023   23:28 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Sesungguhnya setiap penyakit mempunyai obat dan cara penyembuhannya. Imam Al-Ghazali berkata:

"... Demikianlah guru yang diikuti, yang mengobati jiwa murid-muridnya dan hati orang-orang yang diberi petunjuk, hendaknya tidak membebani mereka dengan berbagai latihan dan tugas dalam bidang khusus dengan beban metode yang khusus pula sebelum ia mengetahui akhlak serta penyakit mereka. Apabila dokter mengobati seluruh pasien dengan obat yang sama, maka ia akan membunuh banyak manusia. Demikian pula halnya dengan guru. Apabila ia mengarahkan seluruh murid kepada satu macam pola yang sama, niscaya ia akan menghancurkan mereka dengan memakan hati mereka. Oleh karena itu, hendaknya guru memperhatikan penyakit, keadaan, usia, dan tabiat serta motivasi peserta didiknya. Atas dasar itulah hendaknya ia memprogram pendidikannya". [Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 2014. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung.]

            Buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja karya Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. juga menyatakan bahwa Al-Ghazali tidak menganjurkan penggunaan satu metode saja dalam pelaksanaan pendidikan anak. Dia menganjurkan agar guru memilih metode pendidikan yang sesuai dengan usia dan tabiat anak, daya tangkap dan daya tolaknya (daya persepsi dan daya rejeksinya), sejalan dengan situasi kepribadiannya. Inilah yang sangat terasa dalam atmosfer penerapan merdeka mengajar pada proses pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas. Metode yang digulirkan dalam salah satu projek peningkatan kualitas pendidikan dalam penerapan kurikulum merdeka ini mengubah banyak persepsi guru mengenai pendidikan dan proses pembelajaran di dalam kelas.

Setiap individu itu istimewa. Seekor kucing tidak bisa disandingkan kemampuannya dengan seekor ayam. Begitu pun seekor harimau, tentu akan berbeda dengan seekor burung kenari. Meskipun tampak kuat dan ganas, seekor harimau tidak akan pernah mampu terbang, dan seekor kenari tidak akan mampu menerkam mangsa yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar. Analogi ini memberi gambaran pada kita, bahwa sikap kita sebagai seorang dokter di sekolah kerapkali belum tepat sasaran. Menyamakan metode yang digunakan pada proses pembelajaran, pada murid yang memiliki banyak karakter spesial yang dibawanya sejak lahir, tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarganya, sampai berada dan menuntut ilmu di sekolah. Pada tahap inilah proses pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi salah satu obat yang tepat dalam praktik kedokteran seorang guru dalam satuan pendidikan.

            Dilansir dari laman Wikipedia Indonesia, pengertian pembelajaran berdiferensiasi (bahasa Inggris: differentiated instruction) adalah proses atau filosofi untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif. Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari masing-masing siswa.

Guru tidak lagi menyajikan materi yang melulu terpatok pada pemahaman murid mengenai semua materi, tapi mengubahnya menjadi lebih sederhana (materi essensial saja), juga dikemas dalam penyajian yang lebih beraneka. Jika dalam kelas ada tiga puluh dua murid istimewa, maka minimal guru yang kreatif dan inovatif akan memilih empat metode pembelajaran berbeda, dalam usahanya mengakomodir keberagaman potensi dan keistimewaan individu murid-muridnya. Dalam hal ini, investigasi awal sangat dibutuhkan untuk mendukung tercapainya proses pembelajaran berdiferensiasi yang sukses, dan assesment awal pembelajaran adalah jawabannya.

            Pemetaan yang tepat, metode pembelajaran yang sesuai, serta iklim pembelajaran yang menyenangkan, terpusat pada keinginan dan keberbakatan murid tentu akan melahirkan banyak benih potensi dari setiap individu. Entah itu akan muncul dalam waktu yang relatif singkat, atau mungkin harus dipicu dengan beberapa kali proses pembelajaran dan memakan waktu yang lebih panjang. Namun, hal ini jika dilakukan secara kontinyu, saling bahu membahu antara semua guru dalam satuan pendidikan, tentu akan menjadi salah satu pemicu utama terjadinya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Tidak hanya prestasi akademik, prestasi non akademik, juga perubahan akhlak yang kemudian akan secara tidak langsung terkena dampak positifnya.

            Murid yang terbiasa merasa diistimewakan, dipahami keinginannya, tercapai pengaktualisasian dirinya, dan merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan, lambat laun akan berubah menjadi pribadi yang lebih mumpuni baik secara kognitif, afektif, serta psikomotorik. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya terpaku pada tujuan akhir berupa hasil/produk pembelajaran, tetapi juga fokus pada prosesnya. Murid yang terbiasa belajar secara monoton, tentu akan lebih memilih pembelajaran berdiferensiasi, karena dirasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

            Proses pembelajaran akan mudah diterima dan dipahami bila situasi hati kita senang. Perasaan senang tersebut menghasilkan rasa sayang, ini artinya bila murid sudah berhasil timbul rasa senangnya terhadap apa yang dipelajari, akan menumbuhkan rasa sayang terhadap pelajaran yang ia peroleh. Jika sudah sayang, mereka akan rela melakukan apapun demi menjalani yang mereka sayangi. Sehingga belajar bukan lagi aktivitas yang harus disuruh terlebih dahulu, tetapi timbul kesadaran dari dirinya sendiri, tanpa adanya paksaan dari faktor eksternal.

Membuat murid senang dalam belajar merupakan tugas wajib setiap guru. Hal ini bertujuan agar apa yang sudah disampaikan oleh guru tidak menjadi sia-sia saja, melainkan dapat terserap dan diaplikasikan oleh murid-muridnya. Mengajarkan murid, dapat diibaratkan seperti mengisikan air ke botol tertutup. Guru perlu membuka tutup botol terlebih dahulu dengan cara menciptakan rangsangan untuk menggugah minat belajar murid. Jika tutup botol sudah terbuka, kita akan mudah untuk menuangkan isi ke dalamnya dengan berbagai materi sesuai yang kita harapkan.

            Keberhasilan pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan guru di sekolah dalam hal memahami semua murid sebagai seorang individu yang unik, diperlakukan sebagai seseorang dengan potensi yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain. Mungkin kalau diibaratkan sebagai bunga beraneka warna yang tumbuh di taman, pada suatu masa yang sama, berbeda, tapi merekah bersamaan. Maju terus pendidikan Indonesia.

           

Referensi:

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 2014. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya Bandung.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_berdiferensiasi

https://bimba-aiueo.com/pembelajaran-yang-menyenangkan/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun