Mohon tunggu...
Rio Nur Ilham
Rio Nur Ilham Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati

Bukan Basa-basi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kampanye Demokrasi Amerika Serikat Dipertanyakan setelah Israel Mendegradasi Mahkamah Agung

4 Agustus 2023   15:05 Diperbarui: 4 Agustus 2023   15:07 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang lebih parah dalam rentetan kebusukan standar ganda AS itu, adalah saat jurnalis Al Jazeera keturunan Amerika-Palestina, Shireen Abu Akleh, ditembak hingga tewas oleh aparat Israel. Shireen padahal sedang bertugas meliput peristiwa bentrokan antara Palestina dan Israel. Shireen juga dipastikan menggunakan tanda pengenalnya saat ditembak.

Tak sampai di situ, mayat dan pelayat yang hendak memakamkan mendiang Shireen pun ditembaki aparat Israel. Dunia lantas kompak memarahi Israel, bahkan keluarga korban dan LSM dunia pun berusaha minta tolong ke AS agar bicara dengan Yerusalem. Tapi AS seperti biasa: diam-diam saja kayak sapi ompong.

AS pada kasus-kasus tersebut gagal bersikap sebagai negara terdepan dalam memperjuangkan hak asasi dan demokrasi. Bayangkan, jantung demokrasi dipermainkan seperti itu---wartawan yang dibunuh saat bertugas---dan AS hanya mengomentarinya secara normatif, bahkan tidak sampai jumpa pers untuk menekan atau mengutuk Israel.

Saya lalu terkekeh saat membaca rencana PBB yang hendak mengecam kebencian atau kefanatikan terhadap agama. Resolusi ini digadang-gadang akan merespons perlakuan buruk terhadap pembakar kitab suci yang baru-baru ini marak di negara-negara skandinavia. 

AS seperti yang kita tahu, tidak mendukung resolusi tersebut lantaran berpegang teguh pada prinsip kebebasan berekspresi yang masuk pada hak asasi. AS seolah-olah mempersilakan benci terhadap agama meskipun dengan cara membakar kitab suci.

Jika berusaha mengikuti jejak pikir AS tersebut maka kesimpulannya menembaki wartawan yang sedang bertugas pun merupakan kebebasan berekspresi? Atau memberangus peradilan pun masuk pada kebebasan berekspresi para politikus yang bercita-cita menjadi otoritarian yang akan mengancam prinsip demokrasi? Begitukah?

Oh, Amerika Serikat yang saya dewakan, tolong jangan bodohi kami berulang-ulang seperti ini. Kalian itu diharapkan menyadarkan kegilaan pemerintah China, Iran, Korut, Saudi, Myanmar, Afganistan, dan Rusia tentu saja. Pemerintah negara-negara itu telah mengancam warganya di banyak kesempatan karena tak menerapkan demokrasi. Hanya kepada kebijaksanaan AS warga-warga tak berdosa itu berharap, bukannya malah AS pura-pura tebang pilih tentang siapa yang patut dibela.

Begitu juga dengan warga Israel, negara sahabatmu. Warga-warga di sana cemas akan menghadapi pemerintahan otoriter. Apa yang akan kau lakukan, AS? Membiarkan mereka berdemo sampai ditembaki sebagaimana tabiat polisi Israel dan apalagi jika pemerintahannya otoriter? Hei, sudah tujuh bulan warga turun ke jalan. Apa rencanamu, AS?

Jangan sampai gosip-gosip bahwa orang-orang besar di Israel adalah penyumbang terbesar dana kampanye Gedung Putih dinyatakan bukan gosip lagi. Mungkin orang memang tahu tentang itu, tapi paling tidak Presiden Biden bisa mengadakan jumpa pers selama setengah jam penuh, misalnya, untuk menyatakan keprihatinan terhadap matinya demokrasi di Israel. Jangan diam saja atau cuap-cuap normatif, dong!

Saya sudah tidak tahan lagi berpikir positif. Sebagai penggemar berat AS saya meminta Presiden Biden untuk menutupi kepalanya pakai karung jika bepergian keluar Gedung Putih kalau dia tak juga buka suara. Demokrasi telah dibunuh oleh negara sahabatnya sendiri, lantas mau taruh di mana lagi muka pemerintahan AS ini, hah?

Tutupi muka kalian. Itu pun kalau kalian punya malu...

~Rio

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun