Mohon tunggu...
Rio Nahak
Rio Nahak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Iioo

Nyong hitam manis dari kota karang, Kupang. Kini menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi Filsafat Keilahian. Akun Ig @iyoo_nk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Bahagia Angkringan Pak Totok

1 Februari 2023   15:18 Diperbarui: 1 Februari 2023   15:22 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk memulai sesuatu yang baru adalah hal yang sulit, tetapi untuk mendapatkan sesuatu yang berharga kamu butuh usaha yang keras," demikianlah sepenggal kalimat yang terus saya ingat dari bibir pria paruh baya asal Sleman itu. Namanya Pak Tatok.  Dia berusia 41 tahun. Saya tidak mengerti maksud terdalam dari kalimat itu. Namun yang pasti kalimat itu menjadi prinsip hidup yang terus membara dalam diri Pak Tatok.

Sekadar memaknai, kalimat itu tidak terlepas dari perjalanan hidup Pak Totok. Bermodalkan angkringan kecil yang berlokasi di Jl. Laksda Adisucipto No. 22, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Pak Tatok sudah bisa menghidupi keluarganya. Angkringannya ini dibuka dari pukul 06.30 sampai 13.00 WIB. Dengan kehidupan ekonomi yang serba kurang membuat pak Tatok harus bangun pagi-pagi untuk mengais rejeki dari Angkringan sederhananya itu. Rumah Pak Totok yang berada di daerah Kebon Dalem Kidul Prambanan membuat dia harus menempuh perjalanan yang cukup untuk mendapat pundi-pundi rupiah.

dokpri
dokpri

Meski hanya ditutupi baliho, Angkringan Pak Tatok cukup ramai dikunjungi pelanggan. Sebagian besar pelanggannya adalah Mahasiswa dari UIN dan  AKRB. Tak jarang, masyarakat sekitar juga mampir di angkringan sederhana itu untuk mengisi perut mereka. Makan di Angkringan Pak Tatok bukan hanya sekadar menghilangkan rasa lapar, tetapi juga momen untuk berbagi ceria. Bagaimana tidak, Pak Tatok selalu punya sejuta cara untuk membuat pelanggannya nyaman makan di sana. Dia menyebut para pelanggannya sebagai "member". Dia juga sering melontarkan candaan-candaan yang membuat Angkringan riuh bak coffee mewah. "Siap berhitung dan Pertamina pasti pas" merupakan candaan-candaan yang receh namun cukup untuk membuat pelanggannya bahagia.

Angkringan itu sebenarnya bukan milik pribadi Pak Totok. Dia hanya menjalankan usaha yang yang dirintis oleh adik kandungnya. Usahanya itu sudah dijalankan sejak 2008. Meskipun penghasilannya sedikit, tetapi Pak Totok selalu semangat untuk menjalankan usaha itu. Penghasilan dari jualan di angkringan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak dan kehidupan sehari-hari. "Hujan saya harus tetap jualan mba, kan sudah punya tiga anak," ungkap Pak Tatok. Dia harus menghidupi istri dan ketiga buah hatinya. Pak Tatok dan istri nya pernah mengalami masa-masa yang sulit, dimana mereka harus kehilangan buah hati yang dinanti-nantikan. Istrinya mengalami 3 kali keguguran.

dokpri
dokpri

Masa lalu Pak Totok membentuk dia menjadi pribadi yang tangguh. Setelah lulus STM beliau mulai bekerja di pabrik PT. Shimano di Batam. Setelah bekerja beberapa Tahun dia menikah pada usia yang masih sangat muda yakni 24 tahun. Karena kebutuhan yang semakin banyak, dia akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan yang memiliki penghasilan yang tinggi. Dia kemudian bekerja di Pabrik Hardisk di Batam, sebagai maintenance selama lima tahun. Dalam pekerjaannya tersebut, dia mengalami kecelakan yang mengakibatkan jari tangannya putus. Kejadian tersebut membuatnya sangat putus asa. Dia kemudian pindah ke Bandung dan bekerja di Pabrik Rajut selama satu  tahun.  Akhirnya dia merasa harus pulang ke tanah kelahirannya, Yogyakarta dan sempat bekerja di PT. Starlight selama satu tahun.

Semua pengalaman ini menjadi penjelasan paling nyata dari adigium yang diucapkan oleh Pak Tatok. Pengalaman masa muda hingga saat ini membuat Pak Tatok mengambil kesimpulan bahwa untuk memulai sesuatu yang baru adalah hal yang sulit, tetapi untuk mendapatkan sesuatu yang berharga dibutuhkan usaha yang keras. Kesimpulan itu lahir dari sebuah permenungan panjang akan sejarah hidup yang penuh dengan cerita. Saat ini permenungannya di balik terpal balihonya masih terus berlanjut. Kisah-kisah bahagia dari angkringan Pak Totok akan terus bertebaran hingga senjanya menjemput.

Oleh: Annabatista Bria

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun