"Saya jualan disini untuk pertama dan terakhir kalinya." sahut mas Arif.Mas Arif sebentar lagi akan menjadi Ayah, Istrinya hamil dan dalam kurun waktu lebih kurang 2 bulan lagi melahirkan. Istrinya bekerja sebagai perawat disalah satu Rumah Sakit ternama di Jogja sedangkan Mas Arif bekerja di Sekolah daerah magelang. Beliau nglaju"bolak-balik" dari Jogja-Magelang, berangkatnya selalu pagi sebelum matahari menampakkan wajahnya.
"Sudah siap jadi Ayah mas?"
"udah dong, papa rock and roll" sahutnya.
"saya pengen jualan mas, ngisi waktu luang pulang Sekolah, dari siang sampe malam kan kosong tuh".
Beberapa minggu setelah ia mengutarakan niatnya itu, beliau sudah mempersiapkan perlengkapannya, mulai dari payung, keranjang, alat pembakaran, tikar dan bahan-bahan untuk jagung. Mas Arif ingin menjual jagung bakar, sepulang dari sekolah, arah Magelang ke Jogja, ia menyempatkan diri untuk membeli semua perlengkapan itu.
Setelah muter-muter mencari lokasi jualan, akhirnya dapat di pinggiran jalan daerah Condong Catur, tak jauh dari kosan kami, mas arif dan saya satu kosan, beda kamar, soalnya dia sama istrinya.
"mas, nanti saya mulai jualan, mas dateng ya" undangnya.
"baik mas, insyaallah, nanti kalau lapak saya udah tutup,tak sempatin ya mas" saya pun berusaha menyanggupi.
Setelah menutup lapak, saya ajak mas adam ke tempat mas arif, mas adam juga tetangga kos kami.
Sampai lah kami dilapak mas arif, payung terikat di motornya, alat pembakar jagung persis berada di utara motor dan sehelai tikar plastik terbentang di bibir jalan lapaknya. Mas Arif sudah bersama istrinya yang baru balik dinas. "ayo mas, bakar aja jagungnya." sahut mas Arif.
Saya dan mas Adam membakar beberapa jagung, kemudian kamu duduk bersama di atas tikar.
Kami saling bercerita dan ketika ada pembeli mas Arif melayaninya. Selama saya disitu ada 3 orang yang membeli jagung masing-masing 2 buah.
Setelah melayani, kami pun kembali bercerita, hingga suatu waktu mas arif berbicara.
"mas, terimakasih atas dukungannya, sampai saya juga bersemangat buat jualan. Saya jualan disini untuk pertama dan terakhir kalinya" sahutnya.
"maksudnya mas? Kenapa mas"?
Ia pun memberi penjelasan.
"jadi gini mas, tadi ada ibu-ibu datang kesini, dia bilang kalau di selatan saya biasanya ada jual jagung rebus, persis depan ruko kosong itu (ia menunjuk ke arah ruko kosong di samping lapaknya) dan kebetulan malam ini nggak jualan, jadi maksudnya ya jangan jualan disini, soalnya udah ada jual jagung juga" tuturnya.
Sontak saya kaget, "loh bukannya beda produk mas, dia kan rebus, masnya dibakar.
Gitu banget dianya, di malioboro aja jualan batik deketan, malah samping-sampingan, biasa aja tuh".
Masih takut rezeki tertukar? Diambil orang lain? Apa kabar iman kita? Bukankah persoalan itu sudah ada jaminan, mengapa meski dikhawatirkan? Setiap makhluk dijamin Allah rezekinya, pun juga dengan binatang. Allah yang punya dunia dan seisinya, Allah pulalah yang memberi rezeki. Jadi, tak usah takut miskin sedang kita makhluk yang maha kaya.
"dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya" (Surah Hud, ayat 6).
(jangan berputus asa, karena berputus asa tak menghasilkan apa-apa, jangan banyak mengeluh karena keluhan tak akan merubah keadaan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H