Dari sudut pandang sosiologi, Naim menyebutkan bahwa istilah merantau mengandung enam unsur pokok yaitu 1) meninggalkan kampung halaman, 2) kemauan sendiri, 3) jangka waktu lama atau tidak, 4) bertujuan untuk mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman, 5) bermaksud untuk kembali pulang dan 6) Â merantau ialah lembaga sosial yang membudaya. Dari penjelasan Naim tersebut dapat dimaknai bahwa merantau meninggalkan kampung halaman dengan beberapa maksud dan tujuan yaitu dengan meninggalkan kampung halaman atas dasar dan dorongan dari diri sendiri dalam jangka waktu yang lama maupun tidak dengan tujuan untuk mencari pengalaman, penghidupan maupun menuntut ilmu dan pada akhirnya memiliki keinginan untuk kembali pulang ke kampung halaman.
Berikut alasan kenapa merantau;
Pembentukan karakter
Bertemunya dengan orang-orang baru dari berbagai suku, adat, pulau bahkan berbeda bangsa tentu saja sedikit banyaknya dapat membentuk karakter perantau. Kebutuhan akan kehadiran orang lain menjadikan perantau meski dapat menyesuaikan diri dilingkungan yang baru dan bahkan jauh berbeda dari kampung halaman. Menurut Arbain dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakter yang terbentuk dari perantau diantaranya memiliki karakter ulet, memiliki rasa simpati, gotong royong, berjiwa tegar dan mengamalkan ajaran agama. Kondisi inilah yang membuat perantau terkhusus bagi generasi muda dapat merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang akan dihadapinya.
Kesejahteraan psikologis
Merantau menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan kondisi psikologis dengan adanya niat dan upaya untuk mencari pekerjaan. Kesejahteraan psikologis atau Psychologycal well being dapat terbentuk bagi perantau. Menurut Ryff terdapat enam dimensi dalam Psychologycal well being yaitu penerimaan diri, pertumbuhan diri, relasi yang  positif dengan orang lain, otonomi, tujuan dalam hidup dan penguasaan diri. Dari enam dimensi tersebut bukan tidak mungkin seorang perantau dapat terus bertumbuh sehingga pada akhirnya ke enam dimensi tersebut dapat terbentuk dalam diri individu yang merantau.Â
Kemandirian
Berada jauh dari keluarga inti dapat menuntut perantau untuk hidup lebih mandiri untuk dapat mengurusi diri sendiri, mengambil keputusan sendiri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Aisyah (2013) menyebutkan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap yang diperoleh melalui proses dari individu untuk dapat terus belajar menjadi mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan hingga pada akhirnya mampu untuk dapat berpikir dan bertindak secara mandiri.Â
Menambah relasi
Berada di lingkungan yang berbeda dan baru membuat perantau menambah orang-orang baru yang dikenalnya sehingga semakin luaslah relasi yang dimiliki. Bahkan juga akan bertemu dengan perantau lainnya dari berbagai wilayah. Adanya relasi ini bisa saja memperkuat dukungan sosial terutama teman sebaya dan juga terdapat hubungannya dengan kemandirian. Penelitian Syahrina dkk (2022) menyebutkan bahwa adanya pengaruh dukungan sosial teman sebaya terhadap tingkat kemandirian individu. Bisa saja diperantauan menemukan keluarga baru jika pandai-pandai bergaul.
Masih banyak keuntungan positif lainnya jika kita bersungguh-sungguh dalam memaknai merantau terutama dalam pengembangan diri sehingga dapat menjadi individu yang terus tumbuh dan berkembang.Â