Seorang sarjana mengeluh tentang sulitnya mencari pekerjaan di kampungnya, kondisi ini terjadi setelah dia akhirnya keluar dari tempat pekerjaan lamanya karena sudah habis masa kerjanya. Setelah dia keluar dari tempat kerjanya belum mendapatkan pekerjaan hingga saat ini, alhasil dia pun bekerja serabutan di kampung halamannya.
Meskipun dia mengetahui lowongan pekerjaan minim didaerah, dia tetap bertahan dan enggan untuk merantau kembali ke Kota mencari dan melamar pekerjaan. “malas aku ke Kota bang, sudah bosan disana. Kalau bisa tidak mau lagi kembali ke Kota”, keluhnya.
Pernyataannya sebenarnya bertolak belakang dengan harapannya untuk dapat segera bekerja, namun kurang ada keinginan untuk berjuang di Kota. Bumi sudah terbentang luas dan bahkan rezeki sudah diatur sang pencipta dan sudah dijamin bagi seluruh makhluk.
Penulis teringat sebuah kata mutiara dari seorang tokoh Imam As Syafii tentang merantau” merantaulah, Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan). Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang”.
Pernyataan Imam Syafi’i tersebut memberikan dorongan dan motivasi kepada setiap insan untuk rela mengorbankan suatu hal dari dirinya, satu diantaranya yaitu meninggalkan kampung halaman. Kita dapat juga belajar dari Abdurrahman Bin ‘Auf yang rela meninggalkan seluruh harta bendanya di Kota Mekkah karena pindah ke Kota Madinah.
Di Kota Madinah sebenarnya Abdurrahman Bin ‘Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin al-Rabi’ al-Anshari oleh Rasulullah dan bahkan ditawari harta. Namun menariknya, Abdurrahman menolak dan memilih untuk ditunjukkan pasar di daerah Madinah.
Abdurrahman pergi kepasar dan melihat sebuah peluang, Ia menawarkan kerjasama dengan Sa’ad untuk membeli sebidang tanah yang kurang berharga yang berlokasi tepat di samping pasar yang saat itu tidak difungsikan.
Setelah tanah tersebut dibeli kemudian Abdurrahman mengukur tanah tersebut dan membuat beberapa petakan dan akhirnya Ia menawarkan kepada pedagang untuk berjualan diatas tanah tersebut dengan persyaratan yaitu pedagang tidak membayar sewa melainkan bagi hasil jika mendapatkan keuntungan dari hasil berjualan tersebut.
Melihat penawaran yang sangat menjanjikan tersebut dari Abdurrahman bin ‘Auf, pedagangpun menyepakati dan beramai-ramai pindah ke pasar yang di kembangkan Abdurrahman. Kondisi inilah yang kemudian membuat Abdurrahman memperbaiki perekonomiannya.
Dari kisah ini tentu saja banyak hal yang dapat kita pelajari jika kita menginginkan sesuatu harus dengan sungguh-sungguh dan rela mengorbankan apapun demi kebaikan.