Akumulasi dari semua faktor tersebut membuat banyak orang akhirnya menjadi antipati terhadap topik apapun yang berkaitan dengan Covid-19.
Dalam keadaan seperti ini pemerintah semestinya lebih persuasif dan terbuka mengakui kekurangan dalam penanganan Covid-19 selama kurang lebih dua tahun terakhir ini.Â
Tidak ada gunanya terus menerus menggerakkan para pendegung (buzzer) untuk membela kebijakan-kebijakan pemerintah dan membela posisi-posisi pejabat yang baru-baru ini disorot media karena diduga memiliki bisnis penanganan Covid-19. Perdebatan justru akan memperdalam kejenuhan sementara ancaman varian baru semakin dekat.
Seruan seorang Kepala Daerah di Sumatra Utara baru-baru ini agar para wisatawan datang ke daerahnya, tetapi saat yang sama mengajurkan warga perantau tidak mudik di masa Natal dan Tahun baru adalah contoh dari inkonsistensi dan bentuk komunikasi pemerintah yang tak persuasif.Â
Contoh-contoh seperti ini kerap kita temukan sepanjang masa pandemi sehingga banyak orang mulai menilai bahwa pandemi melahirkan tertalalu banyak drama yang menjemukan serta membuat jenuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H