Mohon tunggu...
Mario Manalu
Mario Manalu Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis JM Group

A proud daddy

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Cetak Tidak Akan Punah

24 Februari 2020   00:40 Diperbarui: 24 Februari 2020   06:11 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi (medium.com)

Salah satu alasannya, membaca teks digital membuat mata lebih mudah lelah sehingga siswa tergoda untuk melompat ke bagian-bagian inti atau bagian-bagian yang dirasa lebih menarik. Di samping itu, fitur-fitur digital menghadirkan lebih banyak distraksi (gangguan kosentrasi otak).

Kolektor Digital

 "Cepat atau lambat orang-orang akan sadar, terutama mereka yang mendalami literatur,  bahwa mereka tidak akan sanggup menyerap ilmu dari media digital sedalam yang bisa mereka serap dari media cetak" lanjutnya sambil bersiap menyesap kopi. Saya memasang rawut wajah bingung untuk memancing penjelasan lebih panjang.

Dari pengalaman dan refleksi pribadinya, kemudahan mendapatkan e-book dan bahan-bahan bacaan berformat pdf mendatangkan godaan lebih besar menjadi "kolektor digital" daripada menjadi pembaca atau pembelajar yang serius. Karena murah (bahkan sebagian besar dia dapatkan dengan gratis), dia cenderung mengoleksi semua e-book dan bacaan pdf yang dianggap penting (seleksi terhadap mana yang penting dan bermamfaat menjadi sangat longgar). Konsekuensinya, karena bahan bacaan menumpuk di Ipad, semua dibaca sekilas, sejauh menarik. Ketika tiba pada bagian yang kurang menarik (padahal mungkin penting), dengan mudah beralih pada bacaan lain.

"Membaca buku cetak tentu berbeda. Kita lebih sabar mencerna bagian-bagian tak menarik dalam buku cetak dan tak jarang justru pada bagian yang kurang menarik itu kita menemukan banyak informasi penting serta menyimpan daya tarik untuk memasuki bagian selanjutnya. Hal yang sama berlaku dalam perbandingan antara koran cetak dan online" dia masih fokus menguraikan isi pikirannya.

Untuk mengimbangi ceramah panjangnya, saya bercerita tentang beberapa tokoh terkenal yang juga masih mengandalkan bacaan dalam bentuk fisik (cetak). Salah satunya adalah CEO Google, Sundar Pichai. Kepada para wartawan, top eksekutif dari India tersebut mengaku setiap pagi membaca teks fisik (buku atau koran cetak) dan menghindari gadget,  untuk menstimulus konsentrasi otak sejak pagi (lih. Kompas.com 23/08/2018).

Pengakuan Sundar Pichai dan beberapa tokoh penting lain tentang pentingnya membaca media cetak untuk mejaga konsentrasi dan kesehatan mental, dipadukan dengan pengalaman mantan dosenku itu, membuhulkan keyakinan bahwa buku, koran, majalah dan produk media cetak lainnya tidak akan punah.

Koran cetak yang terus menjaga kualitas akan tetap mendapat pelanggan, yakni mereka yang membutuhkan kedalaman pemahaman bacaan. Demikian juga buku, majalah dan sebagainya. Pasarnya pasti lebih kecil karena penetrasi media digital, tetapi tidak akan punah sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun