Kala berjumpa dahulu,
Sorot matanya menyimpan banyak arti,
Tajam dan menggairahkan.
Seakan membungkam diri,
Yang tiba-tiba membuat....
Nafas ini entah mengapa jadi cepat sekali,
Kerongkongan pun terasa sepi.
Dan kini,
Diri belum sempat berjumpa lagi,
Pada mentari yang sempat menyinari.
Mengapa malam tak kunjung usai?
Rasanya hampa dan gelap,
Pagi pun tak kunjung tiba,
Diri menanti mentari terbit kembali.
Baca juga: Buku Robohnya Pemimpin Kami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi Tak Bermakna
Baca juga: Tertawa dalam Senyap
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!