Mohon tunggu...
Rio Indrawan
Rio Indrawan Mohon Tunggu... -

Simple person

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menapaki Sejuta Pesona “Si Cantik” Rinjani

6 Oktober 2014   21:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:09 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_327603" align="alignleft" width="300" caption="Danau segaranakan"][/caption]

Meskipun sudah terkenal seantero bumi dan telah mendengar berbagai cerita seru tentang Gunung Rinjani, belum lengkap rasanya jika tidak langsung merasakan sensasi mendaki gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Gunung Rinjani yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat memang sudah lama menjadi magnet bagi sektor parwisata Pemda setempat, apalagi ditambah pesona Danau Segara Anakan didalamnya tentu menambah eksotismenya.

Untuk mencapai Rinjani kita bisa memulai perjalanan dari Bandara International Lombok (BIL) ataupun pelabuhan Lembar, jika kita memilih jalur darat dan laut. Saya sendiri lebih memilih melalui jalur udara, dengan cara ini tentu dapat memangkas waktu perjalanan serta menghemat tenaga, sebab menurut informasi yang saya gali sebelum memulai perjalanan, jalur mendaki Gunung Rinjani ini merupakan salah satu jalur tersulit yang ada di Indonesia.

Sampai di BIL, perjalanan dilanjutkan menuju ke salah satu pintu masuk Rinjani yakni Desa Sembalun. Perlu diketahui ada dua pintu masuk pendakian yang selama ini menjadi jalur ramai para pendaki yakni Desa Sembalun yang terletak di Kabupaten Lombok Lombok Timur dan Desa Senaru yang berada di wilayah Lombok Utara. Sembalun dipih karena tidak terlalu jauh aksesnya dari bandara, selain itu juga transportasi masih cukup mudah di sana. Disarankan juga bagi anda untuk pergi berkelompok ke Sembalun karena dapat mengurangi dana yang harus dikeluarkan jadi tidak terlalu dalam merogoh kocek. Karena jaraknya cukup jauh sekitar 110 KM dari Mataram jadi trasnportasi memang mahal.

Sesampainya di Desa Sembalun Lawang, anda akan disuguhi pemandangan apik sebuah desa yang lahir di kaki gunung dengan dikelilingi bukit-bukit, sawah hijau, perkebunan para warga. Pos pendaftaran pun dipenuhi para pendaki yang datang dari penjuru nusantara bahkan banyak diantaranya dari luar negeri, memang jika kita flashback beberapa tahun lalu, ketika mendaki Rinjani maka seakan-akan kita masuk ke wilayah luar negeri, karena sebgaian besar pendaki justru berasal dari mancanegara, akan tetapi Rinjani sat ini sudah digandrungi juga para pendaki lokal.

Untuk mencapai puncak Rinjani melalui jalur Sembalun kita harus melewati empat pos, untuk pos empat ini adalah pos terakhir yang juga dikenal sebagai PelawanganSembalun. Sebuah pos berupa dataran yang tidak terlalu luas diapit oleh dua bukit bersalang-seling dengan pemandangan punggung gunung Rinjani dan Danau Segara anakan yang ditengahnya terdapat Gunung Baru Jari. Gunung Baru Jari adalah sebuah gunung api aktif yang lahir setelah Rinjani meletus untuk terakhir kali ratusan tahun lalu.

Perjalanan dari pos 1 hingga pos tiga bisa dibilang tidak terlalu curam tanjankannya, hanya saja kita dipaksa untuk memutari beberapa bukit yang biasanya sudah malas kita hitung ada berapa bukit yang sudah dilewati,  karena bukit demi bukit terus menanti kita didepan seakan tiada habisnya. Namun perjalanan yang melelahkan melewati bukit demi bukit dapat terobati dengan pemandangan yang sangat  memanjakan mata. Padang sabana berwarna hijau kekuningan emas benar-benar menjadi obat rasa lelah yang manjur dalam perjalanan ini. Dengan background puncak Rinjani yang berwarna hitam keabuan, disertai warna langit biru cerah. Oelh alam Rinjani kita disihir layaknya tinggal di alam yang sangat berbeda dari yang pernah kita rasakan sebelumnya. Jika lelah sudah tak tertahankan kita bisa beristirahat di Pos 2 ataupun di Pos 3, jarak diantara pos itu tidak begitu jauh hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam. Makan siang di pos 2 mungkin menjadi pilihan yang tepat, karena kita bisa menikmati pemandangan sabana emas menghampar luas mengawal sang puncak Anjani (sebutan masyarakat lokal Nusa Tenggara) dengan beratap langit biru.

Jika anda sudah mengisi tenaga di pos 2, perjalanan bisa dilanjutkan menuju pos 3 dengan waktu tempuh 1-2 jam yang bisa langsung dilanjutkan menuju pos 4 atau pos Pelawangan Sembalun. Jalur dari pos 3 ke 4 ini lah yang menjadi ujian sesungguhnya dari pendakian Gunung Rinjani, rintangan berat bahkan sudah terasa ketika kita mendengar nama jalur tersebut yakni bukit penyesalan dan bukit penyiksaan. Menuju pos 4 kita harus melewati empat bukit penyesalan dan tiga bukit penyiksaan. Rupanya nama tersebut bukan hanya sebuah julukan akan tetapi benar-benar menggambarkan kondisi jalur dimana kita harus melewati tujuh bukit dengan sudut kemiringan yang ekstrim. Selain itu, kondisi jalur yang berdebu menambah beratnya perjalanan.

Setelah melewati bukit yang terasa tidak ada habisnya, sampailah kita di Pelawangan Sembalun. Sebuah Camping Ground cantik berupa punggungan bukit yang tidak terlalu luas namun memanjang hingga terhubung langsung dengan puncak Rinjani. Berkemah di Pelawangan Sembalun benar-benar seperti hidup diatas negeri langit, bagaimana tidak? kita bisa lihat langsung awan berada di depan mata kita atau berada dibawah kita. Sebuah pengalaman menakjubkan yang pasti tidak akan pernah anda lupakan dalam hidup.

Jika perjalanan diatur dengan baik kita bisa tiba di Pelawangan Sembalun menjelang sore hari, sesampainya di sana beristirahatlah yang cukup karena malamnya, pendakian sebenarnya akan dimulai, yakni menuju dataran tertinggi ke 3 di Indonesia puncak Rinjani. Akan tetapi sambil beristirahatlah sempatkanlah waktu menikmati suasana malam di pos 4 ini, nikmati makan malam diluar tenda maka anda akan dimanjakan oleh suasana yang tidak kalah menakjubkan seperti di siang hari, karena makan malam anda ditemani langsung oleh miliaran bintang yang bertaburan di langit. Suasana dan pemandangan yang tidak akan anda dapatkan ditengah kota.

Sekitar pukul 12 malam persiapan menuju puncak bisa dilakukan. Jika anda ingin mengejar untuk melihat sunrise di puncak maka disarankan anda untuk berjalan lebih awal. Waktu tempuh dari pos 4 menuju puncak adalah sekitar 4-6 jam, itu jika dilakukan dengan santai. Jika anda memang mempunyai tenaga lebih dan mengejar waktu maka waktu tempuh bisa dipangkas dengan hanya menjadi sekitar 2-3 jam. Waktu tempuh ini lah waktu normal bagi para pendaki asing, sedangkan pendaki lokal biasanya lebih santai. Bawalah perbekalan secukupnya terutama makanan ringan yang juga bisa menambah energi dan jangan lupa bawa air secukupnya jangan sampai anda kekurangan air. Karena kondisi jalur pasir yang berdebu bisa membuat anda cepat haus.

Ketika persiapan semua siap maka pendakian menuju puncak bisa dilakukan. Kondisi jalur menuju puncak pada awalnya merupakan jalur tanah yang masih mudah untuk dilalui, akan tetapi semakin menanjak maka anda akan dihadapkan dengan jalur berpasir yang semakin sulit untuk dilalui. Mendekati puncak maka jalur akan semakin berat karena kondisi jalur tidak hanya berpasir akan tetapi juga kerikil dan berbatu yang semikin menyulitkan kaki untuk melangkah, belum lagi kemiringan jalur yang mulai ekstrim.  Tapi lagi-lagi Rinjani menyisipkan keindahan yang mampu menghilangkan rasa lelah saat perjalanan menuju puncak. Anda bisa melihat hamparan dataran tanah Nusa Tenggara yang berbatasan langsung dengan laut. Selain itu, danau Segara Anakan terlihat begitu cantik dan anggun. Ketika matahari mulai muncul malu-malu dari timur, maka warna disekitar air danau akan menjadi biru kemerahan, dengan berlatar bukit yang mengelilinginya serta langit yang berubah menjadi kuning keemasan menjadikan sunrise anda sempurna. Meskipun kaki semakin berat untuk  melangkah menuju puncak, namun mata anda tidak akan berhenti dimanjakan oleh keindahan danau Segara Anakan yang semakin cantik saat matahari semakin meninggi warna air akan berubah menjadi biru hijau tosca. Hal itu lah yang lagi-lagi menjadi obat dari rasa lelah.

Setelah menempuh perjalanan melelahkan sekitar 5 jam, akhirnya saya menginjakan kaki di tanah tertinggi ketiga di Indonesia diketinggian 3.726 mdpl, puncak Gunung Rinjani. Puncak Rinjani tidaklah terlalu besar luasnya hanya sekitar 100-200M2. Untuk itu jika musim pendakian sedang ramai, anda disarankan untuk berhati-hati karena kondisi tanah di puncak juga masih labil. Dari puncak kita bisa melihat Kepulauan Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram dan sekitarnya serta laut yang mengelilinginya. Tidak hanya itu, puncak Gunung Agung yng terletak di Bali juga dapat terlihat jelas. Sungguh sebuah pemandangan spektakuler yang pasti membuat siapa saja yang melihatnya terkagum-kagum.

“Amazing, Saya pernah kebeberapa gunung di tempat saya berasal tapi disini sungguh berbeda, benar-benar indah” kata salah seorang pendaki asal Kanada.

Pun bagi anda yang tidak menyukai keramaian di atas puncak atau yang memang tidak cukup tenaga untuk mencapai puncak, anda bisa saja menikmati pemandangan di punggungan Rinjani. Pemandangan yang ditawarkanpun tidak akalah cantik seperti yang di puncak. Karena dilihat dari sisi manapun danau Segara Anakan benar tetaplah mempesona.

“Diatas sana suasananya menggila dan sangat ramai karena orang antri untuk berfoto, saya memilih disini karena suasana tenang, menikmati keindahan danau pun lebih nikmat ditengah kesunyian” kata seorang pendaki yang berasal dai California, AS.

Danau Segara Anakan memang menjadi magnet tersendiri dan daya tarik luar biasa. Danau ini terbentuk akibat letusan dahsyat ratusan tahun lalu dimana Gunung RInjani  utuh yang hancur membentuk kaldera raksasa. Kaldera yang sudah tidak aktif selama ratusan tahun pun terisi oleh air dan membentuk danau cantik. Ditengah danau lahir gunung baru yang bernama Gunung Baru Jadi yang dalam bahasa Sumbawa disebut dengan Gunung Baru Jari. Gunung baru Jari yang tingginya beberapa ratus meter inilah yang saat ini dalam kondisi aktif. Ketinggian gunung ini pun terus bertambah seiring berjalannya waktu.

“Beberapa tahun lalu tingginya belum seperti sekarang, akan tetapi sekarang sudah sangat tinggi, bukan tidak mungkin nanti ratusan tahun lagi Gunung Baru Jari lebih tinggi dari Rinjani” tutur salah seorang porter yang saya temui saat turun dari puncak menuju kembali lagi ke Pelawangan Sembalun.

Setelah mendengar berbagai cerita tentang danau, tidaklah lengkap memang rasanya jika ke Rinjani tidak singgah di Danau Segara Anakan, akhirnya saya putuskan untuk turun ke danau dan memilih jalan pulang melewati jalur Senaru. Setelah beristrirahat perjalanan ke danau pun dimulai, jalur menuju danau diawali dengan turunan terjal bebatuan namun selebihnya datar dan diantara padang sabana.

Jika kita lihat dari atas danau yang terlihat sudah sangat besar dan luas, ketika sudah mencapai bibir danau, kita seakan disambut lautan luas yang dikurung tebing bebatuan serta terdapat gunung ditengahnya. Lagi-lagi mata saya seakan tidak dapat berkedip karena terasa sayang untuk melewatkan keindahan yang ada di depan mata.

Sampai di danau kita bisa beristirahat sembari memancaing ikan yang memang hidup disana. Mujair dan ikan mas bisa menjadi menu makanan yang bisa disantap dengan berbagai olahan. Saya pun mencoba memancing dengan perlengkapan seadanya, dan benar saja belum lama melempar kan tali pancing, umpan sudah dimakan, ikan mujair berukuran sedang pun tertangkap, kemudian berturut turut ikan sudah tertangkap dan dalam tempo 20 menit sudah tertangkap 10 ikan lebih. Menu ikan bakar dan ikan goreng pun menjadi menu santap sore yang sangat lezat, terlebih memang jarang bisa makan ikan diatas gunung.

Setelah menyantap ikan, saatnya bersiap untuk turun gunung melalui Senaru. Judulnya memang turun gunung, akan tetapi jika kita melewati jalur Senaru kita diharuskan untuk mendaki dengan jalur bebatuan, tidak jarang kita harus memanjat tebing bebatu. Waktu tempuh dari danau menuju ke Pelawangan Senaru adalah sekitar 3 jam. Baru diri Pelawangan Senaru kita menemui jalan menurun yang ditempuh sekitar 6-7 jam untuk mencapai pos pendakian Senaru di Desa Senaru.

Perlu waktu cukup panjang memang untuk menapaki jejak ke puncak Gunung Rinjani, akan tetapi pengalaman yang didapatkan bisa terbayar tuntas dengan keindahannya. Namun ada catatan yang sekiranya bisa menjadi bahan koreksi bagi seluruh pihak yang bertanggung jawab dengan keadaan lingkungan Rinjani yakni pihak Taman Nasional Gunung Rinjani dan tentu saja masyarakat.

Catatan pentingnya adalah masalah kebersihan yang bisa dibilang sudah tidak terjaga. Bayangkan saja ditempat sumber air banyak sampah berserakan. Berbagai limbah bekas air minum kemasan juga bisa kita temui banyak dijalur menuju puncak Rinjani. Miris memang suebuah gunung yang megah dan terkenal keindahannya diseluruh dunia kondisi kebersihannya justru sangat memprihatinkan.

Semoga saja masalah kebersihan ini bisa segera direspon dan diatasi sehingga kondisi lingkungan Gunung Rinjani bisa kembali kita nikmati tanpa harus terganggu oleh adanya samoah yang berserakan. Amiin…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun