Mohon tunggu...
Ardiansyah Pawinru
Ardiansyah Pawinru Mohon Tunggu... -

Pria berjenggot

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa kabarnya Unhas hari ini?

2 Maret 2014   20:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabarnya Unhas hari ini?
Banyak teman yang menyampaikan pertanyaan itu kepada saya, utamanya mereka para alumni yang sedang melanjutkan studi termasuk juga warga berdarah bugis makassar yang menetap di bandung. Satu pertanyaan sederhana tetapi susah juga saya menjawabnya, tak tahu harus mulai darimana saya menjawab, sampai seorang menimpali bahwa semua korban politik, saya terdiam saja.
Saya mengira bahwa pertanyaan itu muncul karena pemberitaan unhas hari ini sangat sering muncul menjadi headline di beberapa media. Bukan karena presetasinya, bukan juga karena gebrakan ide dan pemikirannya tentang permasalahan bangsa, tetapi lebih karena perang politik internal pasca pemilihan rektor kemarin. Terlebih lagi geliat unhas hari ini ternyata dimainkan oleh para senator dan guru besar kita yang notabene dianggap sebagai orang yang bijaksana, dengan kapasitas mumpuni, tentu banyak yang heran dan sedih dengan kondisi kekinian Unhas.
Dalam pemahaman awam teman2, Ini pertama kalinya dalam sejarah pemilihan rektor unhas mungkin lebih politis dari pilkada didaerah lainnya ataupun pemilihan ketum partai politik, lihat saja para senator kita mempertontonkan opera politiknya, sebelum sampai sesudah pemilihan rektor kemarin. Berapa kali mereka makan bersama di restoran ekslusif dan silahturahmi di hotel berbintang,nonton bareng serta negosiasi dan lobi di pertemuan2 dan forum forum guru besar dan senator, saling serang, saling membuka aib sampai pada gugatan pasca pemilihan, sungguh mirip dengan Pilkada kata seorang teman.
Tafsir-tafsir kebenaran dan keadilan diungkap sebagai dalil pembelaan, semua merasa benar, semua merasa menang, yang salah aturan, yang salah menteri, yang salah gelondongan suara, yang salah P4R, padahal sebelum pemilhan tidak ada suara itu, tidak ada kajian tentang 35 persen suara, tidak ada intrupsi sebelum pemilihan kenapa suara menteri 155 suara?. Semua terjadi pasca ada hasil prof dwia terpilih menjadi pemenang, yang banyak orang sebenarnya sudah memprediksi dari tanda dan sinyal politik yang ada. Ada senior menyampaikan bahwa para senator mengkin sedang praktikum tentang teori politik ala machiavelli.
Pantas saja kalo mahasiswanya rajin tawuran, ternyata dosennya juga senang perang politik, canda teman satu, saya tetap diam saja, bagi saya itu adalah realitas tak terbantah, tak cukup retorika saya menjawabnya mungkin karena pengetahuan politik saya masih awam dan saya tidak tahu banyak medan perang politik sana. Apalagi saya belum banyak berjasa bagi Unhas. Saya mencoba berhusnudzon saja pada para guru saya.
Akhirnya seseorang lagi menyampaikan bahwa sudahlah, kita tunggu hasilnya saja, pulanglah kau kesana ardi, kemudian kembali mengajar, kembalilah memperbaiki unhas, menata cat dan buku literatur perpustakaan yang usang, WC mahasiswa yang baunya menyengat, berkarya dengan buku, menyetop tawuran dan banyak lagi kerja2 yang lebih penting. Kalo tidak katanya jangan mimpi menjadi "world class university". Itu utopis belaka.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun