Dalam penjelasan diatas, dapat diambil pemahaman bahwa pendidikan salah satu faktor yang memberikan peningkatan mobilitas sosial dengan cepat. Fungsi pendidikan sebagai sebuah proses penyelesaian untuk enempatkan orang pada masyarakat sesuai kemampuan dan keahlian. Pendidikan menjadi sinkron dengan tujuan mobilitas sosial karena di dalam mobilitas sosial yang terpenting adalaha kemampuan dan keahlian seseorang
Pendidikan merupakan alat yang berfungsi sebagai alat/wadah bagi individu untuk melakukan mobilitas sosial, sehingga manusia akan senantiasa bisa melakukan kehidupan sosial dengan wajar dan layak serta mengalami kemajuan dan perkembangan yang lebih baik.
Dalam pendidikan juga tingkat sekolah saat ini dikaitkan dengan mobilitas sosial. Karena zaman dahulu orang yang dapat menyelesaikan pendidikannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan menjadi pegawai dan mendapatkan kedudukan sosial yang terhormat. Apalagi bila seseorang dapat meluluskan pendidikannya di MULO, AMS, atau perguruan tinggi maka makin besarlah kesempatan untuk menempatkan yang lebih baik.
Kini pendidikan SD, SMP, bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas sosial. Apalagi bila kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU, maka ijazah SMU tidak ada artinya lagi dalam mencari kedudukan yang lebih tinggi. Kemungkinan lulusan SMU/SMA hanya akan menjadi Cleaning Service, atau pekerjaan yang level bawah pada suatu perusahaan. Lulusan SMU/SMK yang ingin menjadi guru jelas tidak bisa karena syarat menjadi guru harus lulusan S1 (Sarjana). Namun, lulusan perguruan tinggi pun sudah bertambah sulit sehingga ingin menduduki jabatan yang lebih baik akan menghadapi persaingan yang begitu ketat. Ledakan lulusan S1 yang semakin melimpah, mereka sulit bersaing di dunia kerja. Akibatnya banyak lulusan S1 yang menganggur. Kini persaingan diperebutkan lulusan S2. Untuk masa yang akan datang persaingan akan terjadi pada lulusan S3.
Dengan meningkatnya standar masyarakat akan pendidikan tinggi, tidak asal lulusan perguruan tigii otomatis status sosialnya meningkat. Kebutuhan terhadap lulusan pendidikan tinggi sangat selektif. Gelar sarjana tidak lagi menjadi garansi status sosialnya naik dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Dibutuhkan nilai tambah dari gelar sarjana, yakni kompetensi.