Mohon tunggu...
Rio Febrian (RioDeNers)
Rio Febrian (RioDeNers) Mohon Tunggu... Nursepreneur, Event Planner, Writer -

Nursepreneur | Event Planner | Writer "Nursepreneurship: Gagasan & Praktik Kewirausahaan dalam Keperawatan" http://www.riodeners.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Nikmatnya Menjadi Nursepreneur (Bagian I)

27 September 2015   09:16 Diperbarui: 28 November 2015   12:23 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang selalu memberikan asumsi bahwa seorang entrepreneur itu adalah seorang yang mudah mencari uang dan kekayaan lainnya. Entrepreneur merupakan sosok manusia yang bisa bebas menggunakan waktunya, tanpa khawatir kehabisan uangnya. Enaknya jadi seorang entrepreneur, begitu kata mereka.

Asumsi mereka sesungguhnya benar adanya, memang enak menjadi entrepreneur. Sama hal dengan mengambil keputusan besar dalam hidup untuk tidak menjadi perawat biasa, melainkan mengambil risiko besar menjadi seorang nursepreneur. Risiko besar yang ditanggung namun bukan berarti tanpa kenikmatan yang akan dirasakan jika bisnisnya berhasil.

"Memang menjadi nursepreneur menjanjikan banyak hal. Kekayaan dan kebebasan adalah segelintir nikmat menjadi seorang nursepreneur. Di luar itu, banyak nikmat lain yang dapat dicapai oleh nursepreneur. Bayangan akan kenikmatan hidup tersebut menjadi dorongan kuat bagi seseorang untuk berimajinasi betapa nikmatnya menjadi nurseprenuer."

Kenikmatan hidup yang dirasakan pada tiap tingkat hirarki kebutuhan manusia seperti yang pernah dijelaskan Abraham Maslow dalam konsep Piramida Kebutuhan Maslow.

Dengan konsep ini, Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramida, dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi. Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan keamanan (safety), kebutuhan dicintai (love/belonging), kebutuhan untuk rasa percaya diri (esteem), dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization) (Corr, P. J., & Matthews, G, 2009,dalam Aditya, 2010).

 

Gambar 1. Piramida Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan fisiologis (physiological)

Kenikmatan pertama menjadi seorang nursepreneur adalah keleluasaan finansial untuk memenuhi kebutuhan fisiologis agar dapat bertahan hidup. Pada hirarki yang paling bawah ini, seorang nursepreneur dapat memenuhi kebutuhan makanan, tidur, minum, seks, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan fisik badan. Kenikmatan yang akan sulit didapatkan dengan hanya menjadi perawat biasa yang saat ini masih terus memperjuangkan kesejahteraan hidupnya.

Perawat yang selalu menghitung-hitung hari kapan tiba saatnya tanggal gajian, tanggal yang dinanti-nantikan. Pengeluaran tiap bulan yang selalu dialokasikan untuk segera dibereskan seperti kontrakan, gas, rekening listrik, SPP anak, cicilan motor, cicilan mobil, perabotan rumah tangga arisan, telepon, PDAM, dan sebagainya, juga harus dikalkulasikan dengan cermat. Beban kerja perawat yang semakin sibuk pun tidak mempengaruhi peningkatan pendapatan mereka. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan.

"Bayangkan bila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal."

Misalnya, seseorang mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan, sehingga ia menderita kelaparan, maka ia tidak akan mungkin mampu untuk memikirkan kebutuhan akan keamanannya ataupun kebutuhan aktualisasi diri. Logika sederhananya ialah bagaimana seseorang dapat memikirkan prestasi atau aktualisasi diri, bila dirinya terus menerus dihantui rasa ketakutan akan kelaparan. 

2. Kebutuhan keamanan (safety)

Kenikmatan pada tingkat kedua menjadi seorang nursepreneur ialah rasa aman dalam diri. Baik keamanan secara harfiah (keamanan dari perampok, orang jahat, dan lain-lain), maupun keamanan secara finansial ataupun hal lainnya. Rasa aman akan tercipta ketika nursepreneur memulai dan mengembankan bisnisnya. Mereka akan merasakan dampak yang lebih besar bagi hidup mereka dalam jangka waktu yang panjang. Pada akhirnya, seorang nursepreneur tidak perlu khawatir akan masa depannya.

Berbeda halnya dengan perawat yang bekerja pada orang lain atau institusi pelayanan kesehatan lain yang memiliki berbagai macam risiko. Sewaktu-waktu, atasan mereka dapat memutuskan hubungan pekerjaan meskipun mereka telah menjadi karyawan tetap sekalipun. Belum lagi jika suatu saat nanti perusahaan terkena pailit dan terancam gulung tikar.

"Maka pilihan menjadi seorang nursepreneur adalah pilihan yang tepat. Menjadi seorang nursepreneur membuat mereka terbebas dari kemungkinan kehilangan pekerjaan karena berbagai sebab. Merekalah orang yang menentukan kapan bisnis dimulai dan kapan bisnis harus dipindahtangankan ke pihak lain."

Dengan kata lain, jaminan pekerjaan mereka terletak di tangan mereka sendiri. (bersambung)

* Tulisan ini merupakan salinan ulang dari buku penulis sendiri, Rio Febrian (2015), yang berjudul "Nursepreneurship: Gagasan & Praktik Kewirausahaan dalam Keperawatan".

Referensi: http://www.riodeners.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun