Mohon tunggu...
Mohammad Caesario
Mohammad Caesario Mohon Tunggu... Dokter Umum -

Nama saya Mohammad Caesario, seorang dokter yang gemar menulis terutama tentang masalah bedah dan seks.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perlukah Keluarga Menunggu Pasien yang Dirawat?

12 Agustus 2017   12:49 Diperbarui: 12 Agustus 2017   16:36 9397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Radar Bekasi

Sebagai dokter yang pernah bertugas selama bertahun-tahun di rumah sakit, ketika hendak melakukan ritual visite (mengunjungi) pasien, terkadang saya pun harus bersabar, kenapa sebabnya? Salah satunya adalah kehadiran dari keluarga pasien yang mungkin jumlahnya terlalu banyak.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Jujur, sebagai bangsa Indonesia, saya bersyukur bahwa masyarakat di negeri ini masih menyimpan rasa kepedulian sosial yang begitu besar, terutama untuk keluarga sendiri. Di daerah manapun, rumah sakit yang merawat pasien, pada umumnya pasti penuh, bukan hanya penuh oleh pasien, terutama penuh oleh keluarga yang sekedar menemani atau menjemput pasien. 

Pernah sesekali mendapatkan satu pasien anak berumur 9 tahun jatuh dari sepeda dan harus menjalani penjahitan luka di kepala. Sebenarnya pasien anak ini tidak termasuk kategori gawat, tapi yang gawat adalah jumlah keluarga pasien yang memenuhi ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) hingga 3 mobil angkot carteran. 

Dengan rasa sabar, ketika saya menjahit luka si pasien, saya harus mendapatkan bertubi-tubi pertanyaan mulai dari ayah, ibu, bibi, kakek, dan masih banyak lagi bak diwawancara oleh wartawan dalam serial investigasi kasus kriminal. Dengan berat hati, saya meminta satpam di rumah sakit tempat saya bekerja ini untuk mengeluarkan satu persatu dari 15 orang yang mengelilingi pasien hingga tersisa ayah dan ibu pasien saja.

Sebenarnya kejadian ini terus berulang, tidak hanya saja di ruang IGD, di bangsal perawatan pasien pun tidak kalah serunya. Kurang lebih 2 tahun yang lalu, ketika saya sedang jaga ruangan bangsal, dipanggil oleh perawat untuk melakukan pemeriksaan karena ada sedikit keluhan dari pasiennya. Dikarenakan waktu itu menunjukkan pukul 1 pagi, dan tidak memungkinkan memanggil dokter spesialis yang merawat pasien tersebut dengan segera, maka saya sebagai dokter umum lah yang melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. 

Singkat kata, bangsal kelas 3 pasien yang saya kunjungi, terdiri dari 6 bed, namun suasana di bangsal tersebut sangat sumpek karena dijejali lebih dari 10 orang penunggu pasien yang tidur di bawah bed pasien, bahkan beberapa di lantai depan pintu masuk sehingga saya terpaksa membangunkan keluarga pasien yang terlelap tersebut untuk mencapai bed pasien.

Terkadang sesekali saya menjumpai keluarga pasien yang cukup "nekad" dengan membawa anaknya yang sehat untuk melakukan besuk kepada pasien, atau tidur bersama menunggu, padahal sudah jelas bahwa di setiap rumah sakit pada umumnya ditulis "anak dibawah 12 tahun dilarang masuk". 

Mungkin imbauan tersebut bagi beberapa keluarga pasien kurang dimengerti, sehingga kadang saya pun harus menerangi kepada mereka bahwasanya di rumah sakit ini mengandung kuman nosokomial (kuman yang ada di rumah sakit) dimana biasanya kuman nosokomial ini bisa menyebabkan sakit bagi keluarga pasien, terutama bagi anak-anak yang kekebalan tubuhnya belum sempurna.

Alhamdulillah, beberapa keluarga pasien mengerti, dan bagi yang tidak mengerti biasanya akan membawa kembali anaknya masuk dengan alasan klasik "tidak ada yang menjaga anak saya!" Menangani hal seperti ini, kadang saya hanya bisa mengelus dada dan berkata "semoga Alloh menyadari mereka sebelum anaknya sakit".

Untuk itu, bagi yang merasa terkadang risih atau kurang berkenan dengan petugas kesehatan yang mengusir Anda dari rumah sakit, sebaiknya mengikuti 7 tips dibawah ini:

1. Sebaiknya penunggu pasien, dan Anda tidak perlu tidur di rumah sakit bila memang tidak memungkinkan kecuali ruangan kelas yang menyediakan kursi penunggu pasien yang bisa dijadikan alas tidur.

2. Sebaik-baiknya pasien, adalah pasien yang ditangani dan diawasi oleh perawat dan dokter di rumah sakit. Terkadang memang rumah sakit kecil di daerah kekurangan personil, Anda pun bisa turut serta berpartisipasi dalam perawatan pasien, tetapi hanya sebatas mengetahui ketika cairan infus sudah mau habis.

3. Namanya juga rumah sakit, yang masuk adalah orang sakit, orang sehat pun masuk rumah sakit bisa jadi sakit. Terbayang bukan lantai dan dinding rumah sakit bekas kena cairan tubuh pasien (muntahan, darah, pipis, dan kotoran), sudah tentu berkuman, dan konon kumannya adalah jenis nosokomial yang paling hebat dan paling sulit diberantas dengan obat. Kebayang kalau Anda bersentuhan dengan lantai dan dinding rumah sakit, hitung jumlah kuman dna jenisnya, sanggup? Saran saya hindari tidur di rumah sakit agar terhindar dari infeksi nosokomial.

4. Membawa anak ke rumah sakit memang bisa menghibur pasien yang sedang sakit, tapi Anda tahu, kalau kekebalan tubuh anak bisa jadi belum sempurna, bisa-bisa anak Anda sakit lho setelah dibawa main ke rumah sakit. Sebisa mungkin hindari membawa anak ke rumah sakit, selain mengurangi risiko infeksi, juga bisa jadi anak Anda bergurau dan menganggu ketenangan istirahat pasien.

5. Menunggu pasien sih oke saja, tapi kalau terlalu lama, bisa jadi pasien yang seharusnya full istirahat, terganggu karena kehadiran Anda. Bila Anda penunggu pastikan pasien tetap istirahat, dan bila Anda sekedar besuk, patuhi waktu yang tepat sesuai dengan aturan rumah sakit.

6. Pasien yang menjalani tindakan seperti pembedahan atau operasi, sebenarnya kurang perlu untuk ditunggui oleh keluarga pasien. Karena jelas pasien dalam tanggung jawab dokter bedah, dokter bius, dan personil keperawatan, sehingga sebaiknya ketika pasien sedang dibedah, ada baiknya Anda sebagai penunggu pasien pulang saja bebersih diri dari kuman pasien, atau kalau memang Anda begitu kawatir bisa meminta ganti jaga. 

Selesai pembedahan pun, ruang pemulihan ada baiknya tidak ditunggui dalam waktu lama, karena umumnya pasien masih dalam pengawasan ketat dokter bius dan perawat yang berjaga. Terkadang pasien butuh waktu untuk siuman hingga bisa benar-benar sadar, bisa jadi kehadiran penunggu menganggu proses istirahat pasien. Atau bisa Anda meminta rumah sakit untuk menghubungi Anda ketika kondisi pasien telah selesai dibedah atau menjalani tindakan medis lainnya.

7. IGD adalah ruang gawat darurat, berbagai macam pasien mulai dari yang ringan hingga berat akan menemui ajal bisa berada di dalam ruangan ini. Ada baiknya, penunggu pasien hanya satu di dalam IGD. Anda tidak perlu kawatir, karena biasanya pasien tidak akan pernah dibiarkan oleh dokter, karena sebelum masuk IGD pun sudah dievaluasi dengan baik oleh dokter jaga. Bila sewaktu-waktu pasien tidak diprioritaskan oleh dokter jaga, mungkin ada alasan yang lebih penting untuk menangani pasien yang lebih gawat lebih darurat.

Walaupun saat ini saya sudah pensiun sebagai dokter IGD, saya pun masih suka mendapatkan banyak pertanyaan seputar penunggu pasien. Artikel ini saya tulis dengan maksud tulus agar keluarga pasien paham bahwa mereka pun mendapatkan banyak risiko tertular penyakit bahaya bila mereka terlalu lama di rumah sakit. Komentar baik senantiasa saya tunggu, akhir kata, saya pun hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, bagi keluarga atau penunggu pasien yang merasa tersinggung, saya tunggu komentarnya. Terima kasih dan semoga keluarga Anda yang dirawat lekas sembuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun