Film animasi merupakan film yang diciptakan dari serangkaian gambar dalam bentuk 2D atau 3D dan tidak mengandalkan fotografi konvensional. Film animasi berbeda dengan film lainnya karena tidak terbatas oleh peralatan teknologi, ruang, dan waktu (Astuti, 2022). Animasi merupakan medium yang unik dalam film karena karakter, latar, dan alur dari film tidak terbatas dan dapat sesuai dengan imajinasi dari para pembuat film. Setiap film animasi juga memiliki gaya animasi yang berbeda sehingga mampu membedakan diri dengan film animasi yang lain. Genre film dalam film animasi juga beragam dan hal itu juga mempengaruhi gaya animasi film tersebut.Â
Arcane (2021)
Arcane merupakan serial film animasi yang diproduksi oleh studio animasi Prancis Fortice dan didistribusikan melalui Netflix. Arcane merupakan serial animasi adaptasi dari beberapa kisah karakter dari game populer League of Legends. Alur cerita Arcane lebih berfokus pada kisah kakak beradik Vi dan Powder yang tinggal di Zaun, kota untuk kasta bawah yang berada tepat di bawah kota Piltover sebuah kota untuk mereka yang mapan. Suatu masalah terjadi dalam hidup mereka yang meretakkan hubungan dan memaksa mereka harus berpisah. Berselang beberapa tahun, Vi akhirnya kembali bertemu dengan adiknya tetapi masalah di masa lalu itu memberikan luka kepada Powder yang membuat kepribadiannya berubah drastis dan merubah namanya menjadi Jinx. Konflik antara keduanya bersamaan dengan konflik kedua kota tersebut kian memuncak selama serial berlangsung.
Arcane memiliki gaya animasi 3D dengan gambaran yang cukup realistis. Nampaknya, film animasi yang diproduksi oleh negara barat lebih condong menyukai gaya animasi 3D dibandingkan dengan 2D seperti Jepang. Hal ini juga berpengaruh pada alur melihat latar yang digunakan merupakan dunia dystopia untuk Zaun dengan kotanya yang penuh dengan kekotoran sebagai penggambaran kota untuk yang tidak mampu. Tentunya untuk menggambarkan dua kota dengan perbedaan yang signifikan hanya dapat dilakukan dalam medium animasi saja. Walaupun memang CGI telah berkembang pesat tetapi untuk membangun suasana masyarakatnya melalui pakaian, tingkah laku, dan budaya secara visual akan lebih mudah terlihat dalam animasi. Hal ini juga termasuk pada adegan pertarungan yang cukup hiperbola dengan berbagai pergerakan yang tidak mungkin dilakukan oleh aktor dalam film konvensional.Â
Invincible (2021)
Berbeda dengan Arcane, Invincible walaupun merupakan serial animasi yang berasal dari Amerika menggunakan gaya animasi 2D. Invincible lebih berfokus pada cerita superhero dengan mengikuti perjalanan Mark Grayson menjadi superhero. Kisahnya penuh dengan pertempuran fisik dan batin akan bagaimana ia dapat menjadi superhero terbaik seperti ayahnya, Omni Man. Gaya animasi 2D seperti dalam film Invincible nampaknya digunakan karena mempermudah animator dalam menyampaikan adegan pertarungan di dalamnya. Berbeda dengan Arcane yang pertarungan dilakukan secara lambat dan dalam durasi yang singkat, Invincible membawakan adegan pertarungan yang masif. Mark Grayson yang memiliki kekuatan untuk terbang harus diperlihatkan dapat berpergian dengan cepat dan dirasa gaya animasi 2D dapat lebih menunjukan hal itu dibanding animasi 3D.Â
Invincible, sebagai sebuah film series animasi dapat termasuk dalam film yang cukup memasuki genre Gore. Memang film ini lebih dituju pada audiens di atas umur 18 sehingga terdapat adegan yang cukup brutal di dalamnya. Perlunya adegan darah dalam film juga cukup mempengaruhi gaya animasi mereka. Apabila menggunakan animasi 3D tentu diperlukan realisme yang cukup untuk menggambarkan darah dalam animasinya. Sedangkan, dalam animasi Invincible mereka cukup dapat menggambarkan animasi darah dengan mudah dan masih dapat diterima melalui animasi 2D. Rasa realisme dalam animasi tersebut juga masih ada walaupun tidak sepenuhnya namun pesan akan kebrutalan yang terjadi dalam film tersebut tetap tersampaikan.Â
Suzume no Tojimari (2022)