Mohon tunggu...
Rio Fibriawan
Rio Fibriawan Mohon Tunggu... -

menjadi baik itu pilihan, tapi untuk menjadi baik itulah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wakil Rakyat Dimata Rakyat

20 Mei 2012   15:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:03 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wakil rakyat, dimata kita mereka cukup banyak menyimpan tanda tanya. Sebab apa yang mereka lakukan tak pernah ada kejelasan, seakan-akan tertutup-tutupi, mungkin mereka malu ya..? maklum wakil rakyat juga manusia, jadi mereka pun berhak mempunyai rasa malu. Namun tidak sampai harus malu-maluin.

Ada banyak pendapat tentang wakil rakyat. Mereka semua berkata dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman dan pengertiannya masing-masing. Aneh, lucu, kritis, atau bahkan menyakitkan. Semua terasa berbeda dari setiap telinga dan tingkat pemahaman masing-masinig. Namun apapun itu mari kita lihat seperti apakah wakil rakyat kita dimata rakyatnya.

Kata seorang pengamen jalanan di perempatam lampu merah, “Aku bernyanyi menghibur rakyat, smentara mereka bernyanyi membuai rakyat”. Kata seorang pemulung tua di pinggiran kota,”Kemarin aku dating kerumahnya untuk memulung plastic kecil yang tak dipakainya lagi, sekarang dia dating padaku untung memungut suara dariku. Eh…..ternyata dia juga pemulung to?”. Kata seorang pelacur di gubug remang-remang,” Aku selalu mengantarkan pelangganku kepuncak kenikmatan, sementara mereka selalu pergi setelah mendapatkan semua”. Kata seorang pelukis di pinggiran Malioboro, “Sulit untukku menggambarkam mereka, karena mereka terlampau abstrak untuk ku gambarkan seperti apakah mereka”. Kata seorang seniman yangsering mengkritisi “Mereka ada disana itu semata-mata karena kita nggak sempat untuk kesana, jangan sampai kita sendiri yang kesana untuk mengurus negara ini menggantikan mereka”. Kata seorang pemabuk yang sedang melayang dialam hayalannya,”Dunia hayalan itu memang indah, pantas saja mereka selalu mengumbar hayalannya”. Kata sepasang pemuda yang sedang dimabuk cinta,”kami berdu berjanji atas dasar cinta, tapi mereka, janji apa mereka?”. Kata seorang pasien rumah sakit jiwa, “kata mereka aku ini gila, padahal mereka lebihgila. Gila harta, gila pangkat, gila hormat, gila kekuasaaan, gila wanita. Lebih gila mana aku dengan mereka?”.

Nah, begitulah komentar sebagian dari mereka tentang wakil-wakil kita disana. Terlepas dari itu benar atau salah, namun itulah apa yang mereka katakan. Itulah opini yang terbangun dalam masyarakat selama ini. Mreka berkomentar dari apa yang mereka lihat atau bahkan yang mereka rasakan sendiri. Jadi wajarlah kalau mereka mempertanyakan “Akan dibawa kemanakah bangsa ini?”. Nempaknya pertanyaanseperti itu tidaklah terlalu berlebihan untuk mempertanyakan kejelasan nasib bangsa ini nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun