Mohon tunggu...
Benediktus Satrio Rio
Benediktus Satrio Rio Mohon Tunggu... -

Ad Maiorem Dei Gloriam

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Beras Plastik, Waspadalah!

19 Mei 2015   18:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1432035574758187215

Beredarnya beras plastik di Indonesia kini meresahkan warga, mengingat mayoritas penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Parahnya, beras ini sekilas tak jauh berbeda dengan beras-beras asli di Indonesia.

Dewi Setiani, warga Bekasi, Jawa Barat menemukan sejumlah keanehan dengan beras yang dibelinya. Sehingga dia menduga bahwa beras tersebut adalah beras palsu yang terbuat dari plastik.

"Kemarin saya beli beras di pasar. Seperti biasa saya membeli beras ini kiloan dengan harga Rp 8000 per kilo. Tapi saat saya beli ini engga seperti beras yang saya konsumsi sebelumnya," kata Dewi ketika dihubungi merdeka.com, Senin (18/5).

Dugaan tersebut muncul ketika dia mengolah beras itu menjadi bubur untuk dia santap esok paginya. Namun setelah didiamkan beberapa jam, bubur ini pun berbentuk aneh.

"Seperti biasa tadi malam saya masak bubur buat besok pagi. Tapi saat tadi saya mau memanaskan buburnya, bentuknya jadi beda. Biasanya kan bubur kan kalau udah dingin bentuknya mengental dan menyatu, tapi kalau ini dia berbentuk buliran dan seperti belum matang," imbuh Dewi.

Selain bubur, Dewi juga sempat menanak beras itu untuk dijadikan nasi uduk, namun keanehan pun kembali dia temukan. "Saat dimasak beras itu malah ngeluarin banyak air. Kalau beras biasa kan meresap air tapi ini malah ngeluarin air. Saat dimakan juga rasanya aneh, sintetisnya berasa banget kayak kita makan plastik," jelasnya.

Setelah menemukan keanehan-keanehan itu, Dewi memeriksa penampilan beras tersebut. Sekilas, beras itu tampak tak jauh berbeda dengan beras pada umumnya, namun ketika dilihat lebih dekat maka akan terlihat jelas perbedaannya.

"Beras yang asli kan dia putih tapi tengah-tengahnya ada putih susunya. Tapi kalau beras ini tuh dia putih bening saja," ungkap Dewi.

Dewi berharap, kejadian ini tidak akan dialami oleh warga lain karena sangat merugikan dan membahayakan.

Di media sosial beberapa hari terakhir ramai dengan perbincangan ihwal beras putih sintetis yang secara kasat mata mirip beras alami. Sesungguhnya, beras palsu itu sudah heboh di Hongkong dan negara Asia lainnya sejak tahun 2011. Disinyalir produsennya berasal dari  kota Taiyuan, provinsi Shaanxi, Tiongkok.

Beras palsu  yang di pinggir kota Jakarta sudah ditemukan dengan harga murah Rp8.500 per kg ini tentu saja menguntungkan produsennya. Dia tidak perlu menunggu berbulan-bulan untuk memanen.  Setelah melalui tahap ujia coba, diketahui bahan dasarnya adalah kentang, ubi dan resin, bahan dasar plastik.

Weekly Hongkong menyebutkan, jika manusia memakan tiga mangkuk nasi buatan itu, sama dengan menelan satu kantung plastik. Jika dimasak, beras itu tidak akan selembut beras asli. bahkan jika dibuat bubur tidak akan mengental. Ya, namanya juga palsu.

Tiongkok memang dikenal dengan beberapa skandal penyimpangan pembuatan makanan. Pada tahun 2008 terkuak kasus susu formula yang dicampur melamin. Hal ini menyebabkan 30.00 anak bermasalah dengan ginjal mereka. Tapi kasus ini ditutupi karena negara ini akan menghadapi olimpiade.

Pada tahun 2010 pernah juga dibuat beras campuran yang semula beras kualitas rendah menjadi beras premium dan diberi label  beras Wuchang.

Entah bagaimana cara beras tiruan itu kemudian bisa masuk ke Indonesia. Padahal impor beras sudah ditutup. Dan hal ini masih jadi wacana bahwa Jokowi akan membuka kembali impor beras.  Bisa kebayang jika  impor beras benar-benar dibuka, beras palsu ini akan masuk bebas. Dan yang jadi korban adalah rakyat yang hanya mampu membeli beras dengan harga terendah. Belum lagi petani lokal.

* Diolah dari berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun