Tiket elektronik MRT dapat digunakan sangat mudah, cukup menempelkan atau tapping pada tempat yang sudah disediakan. Setelah tiket ditempelkan maka saldo pada tiket akan otomatis berkurang dan pintu akan terbuka. Tiket seperti ini, sudah pernah saya lakukan di Jakarta ketika bepergian kerja menggunakan KRL atau Transjakarta.
Dengan memegang kartu elektronik, kita bebas naik Bus, LRT dan MRT. Selain dipakai untuk transportasi umum, kartu ini dapat digunakan sebagai alat pembayaran di mini market atau restoran cepat saji. Yah, semacam e-money di Indonesia lah.
Berbeda pintu masuk antara Commuter Line Jabotabek dengan MRT Singapura, untuk calon penumpang MRT yang membawa kereta bayi, koper besar atau kursi roda dapat melalui pintu masuk yang lebih besar. Kalau di Commuter Line Jabotabek belum ada seperti itu dan sangat menyulitkan sekali bagi calon penumpang menuju kereta.
Papan informasi di stasiun MRT atau LRT dalam bentuk LED dan Plasma Display, sehingga penumpang dapat mudah paham. Di papan ini, kita bisa tahu kapan kereta kita akan tiba. Untuk menjalankan kereta menggunakan robot atau tidak menggunakan jasa manusia, semua terhubung dengan kantor pusat MRT atau LRT.
Di Singapura, kamu tidak perlu takut untuk kesasar atau bingung menuju destinasi. Sebab, pihak Pemerintah Singapura telah membangun seluruh tempat wisata tersambung dengan rute MRT atau LRT. Ada pun peta MRT atau LRT Â yang terpasang sangat mudah dipahami. Untuk menuju ke lokasi stasiun MRT, biasanya banyak petunjuk arah dengan logo berikut, kita tinggal teliti saja membaca petunjuk arah yang ada di jalan
Jadi saya keliling Singapura selama 3 hari dengan MRT hanya bermodalkan peta dan referensi tempat wisata di web. Jaringan MRT atau LRT di Singapura sangat membantu wisatawan yang bermodal pas-pasan untuk keliling Singapura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H