Mohon tunggu...
Rintih Sukmaria Zendrato
Rintih Sukmaria Zendrato Mohon Tunggu... Guru - Educator - Bibliophile - Javaphile

Qui docet, discit

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Guru" Bukan Sekadar Pekerjaan atau Profesi, Melainkan...

5 Februari 2020   13:44 Diperbarui: 7 November 2023   23:00 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa pendapat siswa dan orangtuanya tentang saya sebagai 'guru'? Tentu saja ini hanya salah satu contoh. Hal yang saya pelajari disini adalah kehidupan seorang guru sebagai 'guru' itu adalah 24 jam dalam sehari menjadi teladan. Dalam kondisi manusia yang berdosa begini mah, pastinya akan sangat sulit untuk berbuat benar setiap saat. Resiko terburuknya adalah berlaku fake, menjadi seorang yang berbeda di dalam dan di luar kelas.

Tantangan berikutnya menjadi seorang guru adalah seperti yang dipaparkan dengan jelas oleh Mendikbud, Nadiem Makarim, selain konten pembelajaran, guru juga berkutat dengan hal administratif. Hal ini yang kerap kali membuat guru kelelahan duluan sehingga kurang maksimal dalam mempersiapkan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan siswanya, khususnya di era digital ini dan dalam konteks yang lebih luas ini menjadi salah satu penyebab kurang baiknya manajemen kelas oleh guru.Hal ini akan diperparah ketika guru tidak punya daya juang, dan memiliki prinsip 'yang penting mengajar'. Padahal, setiap siswa juga punya hak untuk mendapatkan pendidikan terbaik, terlepas dari konteks di sekolah manapun mereka menempuh pendidikan. Sebagai salah seorang mahasiswa guru tahun akhir, saya sungguh bergumul akan hal ini.

Di satu sisi, guru diekspektasikan mampu menjadi fasilitator bagi siswanya dalam belajar. Artinya, saya sebagai guru juga harus mempunyai persiapan yang matang untuk mengajar, dan tentu saja mengajar yang saya maksud dalam hal ini bukan sekedar baca buku teks dan latihan soal supaya nilai ujian siswa memuaskan. Mengajar yang saya gumulkan dalam hal ini adalah pengajaran yang memampukan siswa untuk menikmati proses konstruksi pengetahuan melalui pembelajaran di kelas dan benar-benar mendapat 'oh moment' dari setiap topik pembelajaran.

Selain itu, sebagaimana disebutkan dalam salah satu video channel Youtube Geolive, saya sangat menyadari bahwa pembelajaran di sekolah yang dipimpin oleh guru juga berbicara tentang transmisi nilai. Artinya, keberadaan guru di kelas seharusnya menolong siswa untuk memahami nilai-nilai yang benar untuk dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, mengapa nilai itu benar, dan bagaimana cara mengetahui nilai itu benar atau tidak.

Nah, skill inilah yang diharapkan untuk didelegasikan oleh guru kepada siswanya di kelas. Inilah salah satu alasan ketidaksetujuan saya jika ada yang berpendapat bahwa robot sudah cukup untuk menggantikan guru. Tidak akan pernah bisa, jika melihat tujuan pendidikan secara utuh.

Hal-hal yang saya sebutkan di atas hanyalah beberapa di antara tantangan yang dialami oleh guru, dan barangkali masih di tatanan fenomena. Jika konteks pendidikan di sekolah lebih dispesifikkan lagi, kita akan melihat situasi yang terjadi di dalam kelas, khususnya dalam hal pandangan guru tentang siswa.

Hal ini sangat krusial sebab bagaimana guru memandang siswa di dalam kelas akan menentukan cara guru menyikapi keragaman siswanya baik dalam hal perilaku maupun kemampuan akademiknya. Hal ini jugalah yang menentukan bagaimana guru mempersiapkan dirinya dengan baik untuk mengajar siswa sesuai dengan porsi mereka masing-masing.

Hal yang lebih penting lagi adalah pandangan guru tentang siswa inilah yang menentukan cara guru untuk menolong setiap siswa dalam melihat kehidupan dan mengambil tanggung jawab atas keberlangsungan kehidupan di dunia ini. Lantas, bagaimana guru harus memandang siswanya?

Guru harus melihat siswanya sebagai pribadi, yang sepaket dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap manusia, termasuk setiap siswa di sekolah adalah imago Dei, sehingga memiliki dignitas yang tidak akan hilang terlepas dari bagaimana perilaku jeleknya. Siswa sebagai pribadi berarti siswa punya kemampuan untuk berpikir, menganalisis problem, mengungkapkan pemikirannya serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

Oleh sebab itu, di dalam pembelajaran, siswa tidak hanya 'disuap' akan berbagai pengetahuan, tetapi diberikan kesempatan untuk mengkajinya melalui pemikiran yang benar, menemukan integrasinya dalam kehidupan sehari-hari, bahkan belajar untuk menggunakan pengetahuan itu untuk memecahkan permasalahan di lingkungannya.

Di dalam kelas, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Dengan menggunakan sarana-sarana pembelajaran yang memadai (dalam hal ini memang dibutuhkan kreativitas guru), guru bersama-sama dengan siswa mengoneksikan berbagai pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga setiap materi pembelajaran di sekolah pun menjadi masuk akal ketika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun