Mohon tunggu...
rin widyaagustin
rin widyaagustin Mohon Tunggu... Dosen - Sanatana Dharma

Spirituality

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Nasional, Tertusuk Pedang di Ulu Hati

7 September 2021   12:19 Diperbarui: 7 September 2021   15:59 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasrat untuk menuliskan persoalan ini telah tertunda sekian tahun, dan masih menggerakkan keprihatinan yang sama jika bukan semakin memprihatinkan. Pendidikan (nasional) adalah lahan pembangunan manusia paling dasar sebagai sendi kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, sebuah bangsa menjalankan pembangunan badan dan jiwa manusianya. 

Berikut adalah persoalan yang sangat gamblang memberikan gambaran bahwa sendi dasar pembentukan mental bangsa ini telah telak terbunuh, tapi bukan untuk mati akan tetapi telak untuk dibawa melawan tujuan kemuliaan kehidupan, melawan kemuliaan-Nya .

   "...... Islam.. Islam... YES!!! Kafir... kafir... No!!!!"

Lagu anak ini dinyanyikan di banyak, sangat banyak sekolah Taman Kanak-kanak , Paud dan juga Taman Pendidikan Agama di masjid-masjid. Bahkan akan sangat sulit menemukan lembaga institusi pendidikan yang tidak menjadikan  lagu ini sebagai andalan di sekolahnya, dengan penuh keyakinan dan semangat seolah sedang meneguhkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa. 

Keimanan? Baik kita periksa apakah esensi ajaran dari lagu ini. Lirik lagu tersebut merujuk pada suatu pernyataan: 

1. Pilihan Keyakinan dan penegasan Pilihan keyakinannya sajalah yang dapat diterima.

2. Tudingan bahwa pihak-pihak diluar keyakinannya, yang bukan islam adalah kafir dan harus ditolak, penegasan sikap penolakan.

Sebelum merujuk pada pembahasan, ada baiknya kita akan sampaikan daftar beberapa capaian pembelajaran untuk kompetensi sikap yang ingin dicapai Pendidikan Nasional kita.

  • Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;

  • Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika; 

  • Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila; 

  • Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa; 

  • Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; 

  • Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; 

  • Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; 

  • Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;

Kiranya tidak perlu pembahasan berliku, mendudukkan esensi ajaran lagu dengan tujuan pendidikan telah menunjukkan kontra dan perlawanan nyata. Esensi ajaran lagu "nasional" pendidikan usia dini ini bertentangan dan melawan tujuan mulia Pendidikan Nasional. Melawan Ketuhanan yang Maha Esa, jangankan menjunjung tinggi kemanusiaan bahkan melawan Kemanusiaan, melawan penghargaan atas keanekaragaman, berarti melawan kebenaran dan keadilan, melawan ideologi bangsa, PANCASILA.

Di usia yang sangat dini, anak-anak bangsa ini telah diafirmasi, telah dimantrai, telah ditanamkan dalam jiwa mereka perlawanan terhadap nilai-nilai luhur kehidupan bukan hanya kehidupan berbangsa namun  nilai-nilai luhur kehidupan umat manusia, melawan peri kemanusiaan dan keadilan, melawan kebenaran.

Situasi ini merupakan satu indikasi yang sangat nyata bahwa bangsa ini, jelas tengah mengalami disintegrasi. Disintegrasi pada sendi paling dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, -Pembangunan Manusia-. Apa yang membuat para pihak yang memegang mandat, amanah rakyat tidak mengambil tindakan atas persoalan ini. Berkenaan dengan disintegrasi pada sendi-sendi yang lainnya, semoga bangsa ini segera bangkit mengobati jiwanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun