Mohon tunggu...
rin widyaagustin
rin widyaagustin Mohon Tunggu... Dosen - Sanatana Dharma

Spirituality

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nusantara Njedul Sak Oyot-oyote

15 Februari 2020   18:00 Diperbarui: 22 Februari 2020   04:42 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filosofi hidup, pandangan hidup (Weltanschauuung) inilah yang di"nyatakan"kan, di"wujud"kan oleh pemimpin bangsa saat akan mendirikan suatu negara merdeka, political Independence. Soekarno dalam buku yang sama memberikan gambaran contoh bahwa jauh sebelum dirumuskan suatu pandangan hidup (Weltanschauuung) telah ada,  Weltanschauuung telah ada jauh sebelum Lenin merumuskan dan mendirikan Uni Soviet dan Weltanschauuung telah ada jauh sebelum Hilter merumuskan dan mendirikan Jerman. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, jiwa, pemikiran dan hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan negara.

Pandangan Hidup (Weltanschauuung), ideologi selayaknya "hidup", bergerak dalam jiwa sanubari setiap anak bangsa secara terstruktur, sistematis dan masif dari generasi ke generasi.  Dengan demikian, dari perilaku, tabiat, tindak tanduk seseorang tercermin jiwa bangsanya, dikenal nilai-nilai ajaran keluhuran tradisi budaya bangsanya. Philosofische grondslag telah diwujudkan, bangsa ini telah syah mendirikan Negara Kemerdekaan Republik Indonesia diatas fundamen, filsafat, jiwa, pemikiran dan hasrat yang sedalam-dalamnya, yaitu PANCASILA.

Saat ini, jangankan Pancasila hidup dan menggerakkan jiwa bangsa dalam diri setiap insan di negeri ini, sebagian (mungkin besar, yang jelas tidak sedikit) rakyat meragukan, tidak mempercayai terlebih meyakini, bahkan menolak atau bahkan mengharamkan pandangan hidup bangsanya. Patut digaris bawahi bahwa pandangan hidup ini bukan hanya masalah simbol dan teks, tapi ruh nilai keluhuran yang mengarahkan cara menjalankan hidup. Jika dilustrasikan, orang-orang Badui bisa jadi tidak hafal teks pancasila, atau mengenal arti simbol-simbol Garuda Pancasila, tapi mereka menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya, sikap mereka memperlakukan manusia dan alam semesta digerakkan oleh nilai-nilai yang ter"kandung" dalam Pancasila.

Sebaliknya, bisa jadi seorang anggota dewan hafal atau tidak hafal teks pancasila, dan dalam jabatannya tidak tengah memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya. Kondisi yang paling parah dari situasi ini adalah mencari ideologi lain untuk mengisi pandangan hidupnya, meninggalkan jiwa bangsa, kehendak Tuhannya. seperti persoalan dihadapai bangsa dan negara saat ini dengan WNI eks ISIS dengan kelompok faham khilafah yang hingga saat ini terus bergerak. 

 TIDAK! JANGAN BERPIKIR POSITIF !... seolah masalah itu tidak ada, seolah kita baik-baik saja. Berpikir positif akan melemahkan karena membuat kita semua jauh dari mewaspadai persoalan. Masalah dan Persoalan besar ada didepan mata kita, telah menggrogori keindahan kehidupan kesatuan berbangsa kita (gejala-gejala gangguannya sudah tampak jelas, intoleransi hingga radikalisme yang menggambarkan pecahnya persatuan telah sungguh sangat memprihatinkan, gejala-gejala gangguan akibat rindu ibu pertiwi, tradisi, budaya, leluhur telah begitu mengenaskan).

Persoalan ini membuat bangsa ini belum juga mampu mencapai kesejahtaraan optimal walaupun berbekal besarnya kekayaan alam dan spiritual anugerah Tuhan. Persoalan ini telah menjauhkan kita dari kehormatan, kemulian dan kejayaan. Kebutuhan kita adalah keberanian. Keberanian menyadari dan menerima bahwa saat ini kita berhadapan dengan persoalan mental bangsa. untuk kemudian dengan penuh semangat, mengerahkan seluruh kekuatan dengan pantang menyerah berjuang menghadapi dan mengatasinya, berjuang untuk BANGKIT kembali! bukan hanya untuk menyelamatkan bangsa, semoga untuk meraih kembali kehormatan dan kemuliaan.

Setelah menyadari dan menerima atas adanya persoalan, menjelaskan akar permasalahan menjadi langkah awal perjuangan kebangkitan ini. Memahami latar belakang akan mengarahkan pada upaya penyelesaian yang menjawab. Ikatan Satu Jiwa Bangsa adalah nilai keluhuran hidup sebagai gagasan jiwa, suatu pandangan hidup. Hidupnya gagasan jiwa atau pandangan hidup, menggerakan kita berperilaku yang mencerminkannya. Dirumuskannya nilai-nilai ini dalam suatu Philosofische grondslag: Pancasila menjadi pemandu dan pengingat ikatan kita pada tradisi budaya dan sejarah bangsa. 

Kondisi ikatan kita dalam satu pandangan hidup (Pancasila) dapat dilihat bagaimana saat ini Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa yang mengajarkan kasih sayang, menghargai, menghormati dan menjaga sesama dan seluruh alam ciptaannya telah bergeser. Kepercayaan kepada tuhan menjadi alasan seseorang merendahkan, membenci dan mengkafirkan manusia lain.

Politik untuk berkesempatan mengatur dan mengawal keadilan sosial dan kesejahteraan seluruh rakyat menjadi politik kepentingan individu dan golongan dst. Coba kita periksa, perjalanan Pancasila sejak kelahirannya. Pada masa Soekarno, kekuatan nilai pancasila telah mengarahkan Indonesia bahkan memperjuangkan keadilan masyarakat dunia, tidak cukup dengan Konferensi Asia Afrika, Non Blok, Indonesia pun membuat NEFO. Bahkan Indonesia bukan hanya memperjuangkan kesejahteraanya tapi kesejahteraan masyarakat berbangsa dibelahan dunia. Sayangnya ini kemudian  berakhir. Seokarno telah membiarkan kudeta Soeharto mengambil alih kekuasaan.

Sepanjang 32 tahun berkuasa, Soeharto membuat suatu pengaturan, seolah-olah memastikan seluruh rakyat Indonesia mendapatkan pendidikan Pancasila, generasi jaman 90an ke belakang pasti mengingat Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) untuk setiap lapisan masyarakat. Program ini dikuti dengan penerapan pola hidup monopoli kekuasaan, penjajahan atas kemerdekan bersuara, mengkebiri kreativitas dan inovasi (bahkan di dunia pertanian), perlindungan dan kebebasan para pejabat dan penguasa atas tindak kejahatan, kriminal termasuk pemerkosaan. Apa artinya?

Apa yang diajarkan kepada rakyat sepanjang 32 tahun, adalah menghafal teks pancasila dan simbol-simbol garuda, dalam kehidupan dilatih hidup melayani nafsu, kekuasaan dan keserakahan. Pancasila telah dijadikan topeng dalam kehidupan kita, selama berpuluh tahun. Kiranya, nilai keluhuran apa yang mampu diajarkan dan bisa diterima generasi muda bangsa saat ini dan masa mendatang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun