Muasal Kepribadian
Erich Fromm seorang Filsuf Jerman yang hidup di Abad-20(lahir 1900-1980-setidaknya hidup sezaman dengan Bung Hatta Wakil Presiden RI Pertama), dan merupakan murid intelektualnya Sigmund Freud-seorang Psikoanalisian dan Karl Marx-seorang Komunisian, mengatakan bahwa dalam kehidupan ini tidak ada sifat bawaan (neo-behaviourist) tetapi pengkondisian masyarakat sehingga untuk itulah Erich Fromm mengatakan dalam teorinya Human Dialektik bahwa struktur kepribadian itu terbentuk dari kebutuhan psikologis individu dan tuntutan sosio-ekonomi masyarakat
Tidak ada sifat bawaan. Jika meminjam paham Marx dan Hegel tentang perjuangan kelas maka banyak diantara kita yang berjuang habis-habisan untuk memperbaiki kehidupan yang dahulunya terbatas menjadi gemilang. Kita ini dalam pengertian saat ini adalah Pejuang kehidupan bukan pewaris. Apa bedanya?
Pemberontak
Terkait manusia sebagai pemberontak kehidupan dimaknai sebagai bagaimana manusia mengalami proses penyesuaian diri dengan keadaan baru. Ada2 bentuk penyesuaian atau adaptasi yaitu secara otoplastik(penyesuaian pada hewan. Ex. Bulunya makin tebal utk menangani dingin dan untuk terbang) dan secara aloplastik(tidak hanya penyesuaian diri terhadap alam tetapi mereka membangun ekosistem dan komunitas baru).
Dalam teori Agresinya Erich Fromm- kemajuan sebuah negara dan peradaban dimulai dari pemberontakan. Karena kita memberontak terhadap penjajah maka jadilah kita negara berdaulat..dan subsidiari pemberontakan2 lain yang bersifat taksonom
Proses Perjuangan Kelas Terus Terjadi
Apa yang dialami manusia saat ini adalah kondisi mekanis dan naluriah untuk "menjadi".
Dalam bukunya berjudul Being And Having(Mengada dan Mempunyai), Erich Fromm menjelaskan bahwa hakikat hidup manusia haruslah terus mengada atau menjadi. Hidup adalah proses panjang bahkan sampai pada kematian dimana nanti kita hidup dialam transendent. Tujuan hidup untuk memiliki seringkali menghentikan proses menjadi tersebut.
Sebagai pembeda kedua hal ini saya jelaskan dengan meminjam puisi 2 orang Penyair dan bagaimana perspektif mereka terhadap sebuah tumbuhan:
Penyair Inggris Abad 19 Tennyson mengatakan:
Bunga di dinding retak
Kupetik engkau dari sela sela itu
Kugenggam engkau hingga akar-akarmu ditanganku
Bunga kecil, namun andai kumampu memahami
Artimu, hingga akar-akarmu, seluruhmu
Pasti kupahami pula Tuhan dan manusia
Puisi Kedua dari Penyair Kuno Jepang Basho(1644-1694)