Mohon tunggu...
Rinto Pariaman Tono Aritora
Rinto Pariaman Tono Aritora Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Rinto Pariaman Tono R

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Tamat SMA, Ditawarin Jadi Germo

13 Februari 2014   17:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

That’s life lagu yang dibawakan Michael Buble mengalun dari HPku, liriknya melukiskan perjalanan seseorang dengan menyisipkan nada-nada kesedihan namun menghentak, bahkan kadang memberi motivasi walau dengan penggunaan metafora atau kata-kata idiom yang membuat para pelajar pemula dalam Bahasa Inggris agak kesulitan untuk mengetahui dari maksud lagunya. walau lagu ini pernah dipopulerkan oleh Frank Sinatra tanpa bermaksud menyinggung fans nya, namunaku masih lebih suka dengan vocal Michael yang membuat lagu ini menjadi salah satu lagu yang selalu mengingatkanku saat baru tammat sma.

Dimana saat itu cita-cita saya untuk kuliah aku kubur dulu karena sikon ekonomi yang tidak memungkinkah sehingga daripada menganggur, terlebih aku memang tammatan SMK lebih baik bekerja dulu. Pagi hari berdagang, sementara di sore harinya mengajar privat dan malam harinya aku bekerja sebagai operator Wartel (warung telepon) yang teletak dekat dengan sebuah hotel transit bertaraf Melati di kotaku. Bersyukur di umur belasan tahun aku sudah bisa punya kegiatan yang menghasilkan uang untuk membantu mama dan adik-adikku sekolah. Memang Tuhan selalu memberi kekuatan lebih bagi orang-orang yang dilahirkan di dalam keluarga sederhana. Terlebih saat itu papa ku sudah pergi untuk selamanya menghadap Ilahi.

Malam hari di jalanan tempat wartel dimana aku bekerja biasanya sangat ramai oleh kendaraan yang lalu lalang dan juga cewek-cewek cantik dan seksi. Sebelum bekerja disini mama berpesan lebih baik mencari pekerjaan lain, Namun sangat susah buatku yang Cuma tammat smk untuk memilih-milih pekerjaan. Saat itu aku berpikir ‘yang pengtin halal.’ Hampir setiap malam beberapa cewek-cewek berkunjung ke wartel ini dan memakai telephone yang aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Jika mereka sudah masuk, ruangan wartel menjadi harum yang kadang saking harumnya, baunya membuat kepalaku pusing, Belum lagi para pemuda yang tinggal di dekat wartel ini ada beberapa yang suka narkoba dan kadang katanya suka mengganggu para operator wartel sebelumku. Namun aku masih mencoba dan percaya kalau emas meski dilumpur tetap aja jadi emas..dan anak Raja dimanapun berada tetaplah anak Raja..karena aku kan anak dari Rajagukguk hahaha..

Suatu malam ada seorang bapak baunya harum mandom mampir dan menelepon, namun baru saja si bapak telepon dia bayar dengan uang RP500 lalu bertanya kepadaku mengenai “namasa-masa = baca wanita P”. Sepertinya si bapak butuh dan meminta jika aku bisa mencarikan, aku dikasih imbalan yang menggiurkan dan katanya dia bisa merekomendasikan ke teman-temannya kalau aku berhasil mencari dan menyediakan untuknya dan teman-temannya. Saat kuberitahukan hal itu kemama, akupun tidak diizinkan lagi tuk bekerja. Aaaah seandainya aku masih kerja disana kemungkinan besar aku gak bisa jadi sarjana dan berkeluarga sekarang ini. Terimakasih emak…benar kau bilang : “Pergaulan dan lingkungan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik.”

Note : Akhirnya aku mengakui bahwa aku gagal jadi emas, namun meskipun gagal tetap saja aku bangga karena aku tetap lah anak raja, kan aku keturunan Rajagukguk.

Kembali kudengar lagu That’s Life oleh Michael Buble dengan liriknya yang adem :

“Zindagi kabhi na kushi lageen Kabhi na gham = kehidupam memang terkadang bersuka, tapi kadang juga berduka.

Selamat sore menjelang pulang :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun