Mohon tunggu...
Rinto Pariaman Tono Aritora
Rinto Pariaman Tono Aritora Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Rinto Pariaman Tono R

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Duta Warteg, Duta Puskesmas dan Duta BPJS disematkan Padaku

3 Februari 2015   17:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak tahu Duta atau Ambassador, dalam terjemahan bebasnya Duta atau lebih lengkapnya Duta Besar adalah istilah dari bahasa Sanskerta yang berarti utusan. Kata ini digunakan di dunia politik dan hubungan luar negeri untuk merujuk kepada seorang pejabat diplomatik yang ditugasi ke pemerintahan asing berdaulat atau ke sebuah organisasi internasional, untuk bekerja sebagai pejabat mewakili negerinya. Namun adakalanya duta itu mengalami pergeseran makna tergantung situasi dan kondisi lah.

Saya teringat waktu lajang, saat saya muda dan kinyis-kinyis kayak ekstrak kulit manggis yang diproses sehingga terkenal di seantero para penikmat tv. Begitu juga diriku yang gemar makan di warteg dan suka berbagi tentang makanan-makanan yang murah meriah di warung kepunyaan orang Tegal itu membuat teman-teman dikantor mengenalku sebagai ambassador of warteg. Bahkan kala bulan tua menjelang biasanya beberapa dari mereka akan ikut denganku untuk menikmati makan siang. Syukurlah masa lajang itu berganti status jadi I’m married man maka warteg tidak pernah lagi kusinggahi walau sebenarnya lidah ini kangen jg dgn rasa orek dan telor dadar buatan si mbak pengelola warteg itu.

Pergantian status itu ternyata merubah kehidupanku, kalau dulu waktu lajang bekerja di perusahaan lama dan mendapat asuransi kesehatan maka sejak pindah ke kantor baru tanpa asuransi mau gak mau kalau lagi sakit gigi yah mencoba untuk pergi periksa ke puskesmas di belakang kantor. Meski pernah merasakan pelayanan puskesmas yang kurang maksimal namun entah kenapa puskesmas yang berada di Jakarta pusat ini pelayanannya membuatku gemar periksa di sana. Setiap 2 bulan aku rajin periksa gigi di sana. Hingga secara refleks tanpa digaji aku sering mewartakan kabar gembira ini bahwa puskesmas sekarang sudah lumayan bagus pelayanan nya. Dan lihatlah beberapa teman kantor yang termakan promosi saya akhirnya mencoba dan mereka juga mengalami apa yg sy rasakan dgn pelayanan puskesmas itu.

“iya to… pelayanannya enak yah!!! loe tahu dari mana puskesmas itu ada klinik gigi nya?” Tanya temanku

“yah dari 108 lah” jawabku

Sejak saat itu jika ada teman yang sakit pasti nanya ke saya dulu… dan setelah kujelaskan mereka akan pergi ke sana. Selain murah meriah juga dekat dengan kantor jadi tidak perlu izin cuti, cukup izin sejam dua jam tuk ke sana.

♫♪♫Tahun lepas tahun bertambah-tambah indahnya

Tahun lepas tahun aku cinta padaNya

Tuhan cinta saya kunanti kedatanganNya

Tahun lepas tahun bertambah-tambah indahnya …♫♪♫

loh kok malah nyanyi hehehe anggaplah interval atau kalau pernah nonton film India yah selinganlah sebelum masuk ke inti sarinya…

Sejak Januari tahun 2014 program BPJS diluncurkan aku juga coba-coba mendaftar walau sebenarnya merasa sayang jika harus mengeluarkan duit tiap bulan senilai seratus ribu rupiah namun karena program ini kata pemerintah subsidi silang yang artinya jikapun saya tidak pernah memakainya paling tidak uang saya itu terpakai oleh orang lain yang membutuhkan… waooo meski saya bukan dermawan tp bukankah pepatah bilang lebih baik memberi daripada menerima? Karena itu saya mantap untuk tetap membayar iuran bulanan. Pernah sekali dua kali mencoba rawat jalan dengan kartu BPJS ini dan meski pelayanannya masih butuh perbaikan tapi saya pikir lumayan ngebantulah. Hingga waktu anak saya harus dirawat di RS swasta dengan menggunakan kartu BPJS , saya merasakan bahwa tak ada diskriminasi dan anak saya dilayani dengan baik hingga boleh pulang tentu saja setelah sembuh.

Beberapa tetangga di komplek menanyakan perihal BPJS pada saat mereka menjenguk anakku.

“biaya rumah sakitnya ditanggung BPJS gak pak?”

“iya semua sudah dibayar lunas oleh ‘Balai pengobatan Jesus Kristus’…. Maksud saya BPJS” jawabku tanpa malu.

Hingga sampai sekarang akhirnya ada beberapa dari tetangga yang terpengaruh dan mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS. Istriku tanpa segan-segan juga rajin berbagai info tentang BPJS ini termasuk cara mendaftarkan kepesertaan, Menggunakan BPJS pada saat rawat jalan dan rawat inap, berdasarkan pengalaman kami ceritakan semua. Tak perduli kalaupun kami di komplek dikenal sebagai ambassador of BPJS biarlah…. Asal jangan disebut saja saya Duta shelian on 7….hahah sebab memang tidak mirip dan saya juga enggak punya Sephia…ih amit-amit cabang bayi…sambil ketok apa yang bisa diketok hahahah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun