Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Andai Semua Keluarga Bebas Asap Rokok, Keluarga Jadi Tangguh?

7 Oktober 2021   10:21 Diperbarui: 7 Oktober 2021   16:26 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mimpi untuk mewujudkan keluarga-keluarga bisa bebas asap rokok tentu menjadi sangat kita impikan bersama. Pasalnya keluarga-keluarga yang sudah bebas asap rokok, tentu banyak dampak yang akan terjadi di dalam keluarga itu. 

Mulai dari perekonomian keluarga yang kian semakin baik, pasalnya pengeluaran untuk pembelian rokok setiap harinya jika dihitung-hitung bisa membeli beras yang akan cukup untuk 30 harinya.

Bahkan untuk keperluan-keperluan belanja dapur lainnya akan bisa tercover atau terpenuhi dengan baik, jika seluruh biaya pembelian rokok yang dilakukan baik oleh si Ayah atau si Ibu bisa dialihkan.

Disamping perekonomian yang akan kian semakin baik, pasalnya pendapatan kita tidak terkuras untuk pembelian rokok, istilah kasarnya uang tidak habis dibakar, kesehatan anak-anak kita juga akan semakin baik tentunya. 

Sebab rumah-rumah yang ada bebas dari asap rokok. Jauh lebih baik membuat keluarga demi keluarga akan semakin sejahtera. Semakin sejahtera keluarga tentu akan berdampak kepada tangguhnya keluarga itu dan secara tidak langsung akan berdampak kepada tangguhnya bangsa kita.

Tentu kita tahu bersama asap rokok yang tidak terkendali akan banyak menimbulkan berbagai penyakit yang ada. Meskipun perusahaan-perusahaan rokok yang ada sudah mencantumkan bahaya dari menghisap rokok, tidak berdampak signifikan kepada berkurang nya para perokok yang ada dibangsa kita.

Bahkan menurut hasil riset terbaru di tahun 2021, Indonesia berada di urutan ketiga terbanyak perokok aktifaktifnya, setelah China dan India. Dengan jumlah 60 jutaan lebih, dengan 3,4 jutanya adalah perokok wanita. Hampir 33 persen lebih jumlah perokok dari total populasi di bangsa kita ini.

Boleh dikatakan dengan kondisi yang demikian kesehatan keluarga-keluarga di bangsa in sangatlah tidak baik. Dan menjadi pertanyaannya bagaimana kah kita bisa lepas dari ancaman rokok ini?

Tentu asalnya dari keluarga juga. Seorang Bapak atau seorang Ibu yang punya kebiasaan merokok didalam keluarga nya harus serta merta bisa berhenti dari kebiasaan tersebut. Tentunya akan sangat sulit untuk bisa menghentikan nya, jika seorang ayah atau Ibu tersebut sudah mulai di usia-usia mudanya mereka.

Tapi bagaimana pun untuk melihat semua anggota keluarga nya bisa sehat dan menghirup udara yang segar dan tidak tercemari oleh rokok, seorang ayah atau Ibu bisa komitmen untuk menghindari hal ini.

Untuk memutus mata rantai ini juga perlu komitmen yang besar dari si anak. Contohnya aku sewaktu masih bersama orang tuaku. Dengan kondisi Bapak yang perokok berat, aku berkomitmen untuk tidak merokok sampai aku besar nantinya. Itu tentu terjadi bukan tanpa sebab. 

Karena memang kurang ter edukasi nya mereka saat punya anak bayi, anak bayi tersebut akan sangat mudah terkena penyakit ISPA bahkan pneumonia.Sesak nafas hingga sulit tidur itulah yang kualami ketika masih kecil dan bersama mereka.

Akibat sakit-sakitan dan tidak enaknya punya penyakit tersebut, Aku akhirnya putuskan untuk tidak meniru Ayahku. Meskipun tantangan nya kemudian tidak mudah disaat aku sudah remaja. Godaan  teman-teman terus datang untuk mengajak supaya aku merokok, tapi meskipun akhirnya aku dikucilkan bahkan mungkin dianggap tidak jantan, komitmen ku tidak berubah. Dan alhasil sampai sekarang aku pun tidak merokok.

Saat membandingkan ketika aku berkeluarga, bagaimana Aku bisa melihat penyakit pernapasan yang aku alami bukanlah penyakit keturunan, melainkan karena gaya hidup yang tidak sehat yang diterapkan oleh ayakku hingga aku menjadi demikian. Anak-anak ku bisa hidup sehat dan hidup bahagia.

Pasalnya jika Aku ikuti orang tuaku, tentu akan berakibat kepada bagaimana tidak sehat nya anak-anak ku, bahkan perekonomian kamipun tentu akan sangat tidak baik. Dan ketika perekonomian kami terganggu tentu untuk menciptakan keluarga yang tangguh tidak akan tercapai sama sekali.

Artinya untuk memutuskan mata rantai dari orang tua perokok yang aktif tidak tertular kepada anak, si anak sendiri harus bisa memutuskan mata rantai tersebut. Bisa mengalahkan godaan bahkan ejekan yang mungkin datang.

Untuk orang tuaku yang sekarang, meskipun belum berhenti merokok sampai sekarang, tapi yang kulihat dirinya sudah dangat mengurangi jumlah rokok yang dia hisap perharinya. Dan sekali lagi untuk bisa menghentikan nya hanya dengan komitmen yang kuat yang datang dari diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun