Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Milenial Kunci Majukan Heritage of Toba dan Melegenda

24 September 2021   15:39 Diperbarui: 24 September 2021   15:42 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan murid saya di Sipiso-piso (Dok Pri) 

Baru-baru ini saya mencoba melakukan riset kecil-kecilan kepada beberapa teman yang sering melakukan aktivitas wisata ke berbagai destinasi yang ada di Indonesia bahkan manca negara. Yakni menggali fokus kepada apa yang yang ada di Bali tapi itu tidak ada di Danau Toba? Dan hasilnya lumayan mengejutkan saya. Yakni yang paling membedakan ternyata adalah  SDM-Sumber daya manusia nya.

Dan memang benar ketika saya sendiri adalah orang Sumatera Utara dan saat mencoba mengecek pernyataan mereka dengan apa yang saya temukan di lapangan boleh dibilang begitu adanya.

Misalnya hal paling sederhana saja soal keramahan, mereka mengemukakan bahwa warga Bali khususnya para pelaku wisatanya sangat begitu 'welcome' kepada para wisatawan yang datang. Sementara warga yang ada di sekitar Danau Toba boleh dibilang terkesan cuek dan sedikit kurang peduli.

Tentu ini menjadi PR yang besar bagi kita semua. Khususnya warga Sumut yang mayoritas warganya adalah para kaum milenial.

Potensi Milenial di Sumatera Utara

Danau Toba lokasi di Desa Nainggolan (dokpri) 
Danau Toba lokasi di Desa Nainggolan (dokpri) 

Berdasarkan Sensus Penduduk di tahun 2020, total warga Sumut hampir 15 juta orang. Dan kaum milenial nya hampir 60 persennya. Diperkirakan jumlahnya sebanyak kurang lebih 9 jutaan orang.

Dengan total hampir 9 jutaan orang bergerak dan katakanlah sepuluh persennya saja yakni sekitar satu juta orang milenial sepakat membangun desanya atau secara khusus membangun Danau Toba yang dikelilingi oleh 6 kabupaten di Sumatera Utara, bayangkan dampak yang diberikan di dalam membangun wisatanya, tentu akan sangat dahsyat bukan?

SDM menjadi kapital yang sangat penting di dalam membangun sebuah industri pariwisata bisa berkembang. Dan boleh dibilang bukan hanya di sektor Pariwisata saja, dalam hal majunya sebuah negara faktor yang paling menentukan sumber daya manusia di negara itu sendiri.

Screenshot dari Medsos @sandiagauno bersama Milenial Bangka Tengah 
Screenshot dari Medsos @sandiagauno bersama Milenial Bangka Tengah 

Tak muluk-muluk hal ini telah dibuktikan oleh  kaum muda yang ada di Bangka Belitung. Dalam postingan Mas Menteri Sandiaga Uno baru-baru ini di Media sosial nya sangat menginspirasi sekali. Di tengah-tengah sedang berkecamuknya Covid 19 yang di mulai tahun lalu, orang muda di Desa Perlang, Kabupaten Bangka Tengah, mencoba mengubah desa mereka dari sumber masalah yakni bekas penambangan timah diubah menjadi sumber berkat. Yakni menjadikannya salah satu objek wisata, Danau Pading yang kini menjadi sangat viral dan langsung didukung oleh Bapak Bupatinya secara langsung.

Screenshot dari instagram Bapak @Sandiuno 
Screenshot dari instagram Bapak @Sandiuno 
Meskipun awalnya ditolak bahkan diejek oleh tapi mereka terus berjuang. Kini mereka bisa menikmati hasil usaha yang telah mereka rintis di tahun lalu. Rata-rata pengunjung setiap harinya mencapai 600-an orang di Danau Pading tersebut. Awalnya dijauhi karena tidak menarik dan sumber bencana kini malah dikerumuni dan jadi sumber pendapatan bagi para milenial yang ada di desa tersebut.

Potensi Danau Toba Sangat Melegenda

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Dari segi terbentuknya saja Danau Toba ini sudah sangat melegenda. Seperti yang dilansir oleh Indonesia.go.id (11/12/2020), Craig Alan Chesner Chesner pakar Kaldera dari Amerika Serikat dan puluhan pakar lainnya menyebutkan bahwa letusan Gunung Toba telah terjadi 3 kali. Pertama di tahun 800 ribu tahun silam yang menghasilkan kaldera di bagian Selatan Toba, yakni daerah Parapat dan Porsea. Kedua dengan ledakan yang tidak begitu kuat terjadi 500 ribu tahun silam yang menghasilkan kaldera di sisi Utara Danau Toba, tepatnya di antara Silalahi dan Haranggaol. Dan ketiga letusan yang paling terkenal 74 ribu tahun silam yang menghasilkan Pulau Samosir ada di tengah-tengah Danau Toba kini.

Melihat hal itu, UNESCO sendiri lewat sidangnya yang ke 209 di Paris sudah mengakui bahwa Kaldera Danau Toba adalah global Geopark yakni menjadi salah satu warisan dunia atau kita kenal dengan sebutan Heritage of Toba.

Keindahan Danau Toba

Bukit Sibea-bea yang Viral akhir-akhir ini. Foto by @Dadik Hardian D
Bukit Sibea-bea yang Viral akhir-akhir ini. Foto by @Dadik Hardian D

Masalah keindahan dan panorama alam yang ditawarkan oleh Danau Toba juga sangatlah menawan dan sangat indah. Seperti yang dilansir oleh indonesia.tripcanvas.co ada sebanyak 18 tempat wisata keren di sekitar Danau Toba.  

Tuk Tuk Samosir Siadong, Tomok (Samosir), Sopo Juma Tongging (Karo), Lembah Bakkara (Humbang Hasundutan). Puncak Sidiangkat (Dairi), Inna Parapat Hotel (Tobasa), Kapal Pesiar Danau Toba, Air Terjun Situmurun Binangalom (Toba Samosir), Air terjun Binanga Bolon (Simalungun), Air Terjun Turunan Bolon (Turbo) atau Air Terjun Campuran Bolon (Asahan), Pusuk Buhit (Pulau Samosir), Bukit Holbung (Kabupaten Samosir), Bukit Indah Simarjarunjun (Simalungun), Pantai Perawan di Danau Toba yakni Pantai Batu Hoda dan Pantai Tanjung Unta (Simalungun), Pantai Paropo (Dairi),  Aek Rangat Pangunguran (Toba Samosir), Pemandian Bukit Gibeon (Toba Samosir), Gunung Sibuatan  (Karo). 

Bukit Holbung (pinhome.id)
Bukit Holbung (pinhome.id)
Tantangan Pengembangan ke Depan

Dari 18 objek wisata yang ada di Danau Toba itu ada yang dikelola oleh Pemerintah sendiri dan juga oleh swasta. Artinya dengan pengembangan objek wisata sebesar Danau Toba dengan sejuta potensinya masih banyak hal yang bisa terus dikembangkan dan berkelanjutan. Pemerintah tidak bisa sendiri, butuh banyak kalangan yang harus bergerak bersama-sama mengembangkan potensi ini.

Kemenparekraf sendiri pada siaran pers lewat situsnya (11/6/2021) Masih ada 33 titik spot lagi yang harus dikembangkan di dalam pengembangan wisata di Danau Toba.
Satu spot yang baru diresmikan oleh Mas Menteri, Sandiaga Uno yakni Adian Nalambok yang berada di Punggungan Bukit yang ada di Parapat hingga ke Balige. 

Peresmian Adian Nalambok (sumber : Kemenparekraf) 
Peresmian Adian Nalambok (sumber : Kemenparekraf) 

Ini adalah tantangan yang sangat potensial bagi para milenial yang ada di Sumatera Utara. Bayangkan dengan 1 juta orang milenial lewat komunitas yang ada terjun langsung membangun seperti orang muda milenial yang ada di Bangka Tengah, tentu 33 yang tersisa bukan tidak mungkin bisa digarap kurang dari satu tahun ini.

Jika teman-teman yang ada di Bangka Tengah saja mampu membuat Danau Pading dengan tanpa bantuan pemerintah, maka dengan keterlibatan 1 juta orang milenial dan pemerintah turut serta di dalam pembangunan Danau Toba yang kini menjadi DSP (Destinasi Super Prioritas) bukankah percepatannya akan semakin luar biasa?

Target 34 yang oleh Kemenparekraf telah ditetapkan sebelumnya, bukan tidak mungkin bisa menjadi ratusan bahkan ribuan spot. Artinya dengan penambahan spot baru alias penambahan objek wisata sebagai bagian dari Wonderful Indonesia bukankah akan semakin meningkatkan ekonomi di bangsa ini khususnya di Sumatera Utara?

Apa yang Perlu Dilakukan? 

Foto Bersama dengan Patung Sigale-Gale (dokpri) 
Foto Bersama dengan Patung Sigale-Gale (dokpri) 
Pokok permasalahan seperti awal pembahasan tulisan saya ini yakni faktor Sumber Daya Manusia nya menjadi pokok sentral dalam yang harus diselesaikan. Di samping itu mungkin terus menggalakkan fasilitas-fasilitas yang memadai serta pembuatan atau pengadaan objek wisata yang baru.

Saran untuk Para Milenial
1.Terus belajar dan berlatih. Di usia yang sangat produktif ini,  belajar dan terus berlatih harus menjadi kebiasaan utama untuk memajukan sumber daya manusianya. Belajar memberikan pelayanan yang terbaik saat menghadapi para wisatawan. Belajar menyiapkan dan menciptakan lingkungan yang bersih, dan teratur. Belajar dan berlatih melihat potensi desa, sampai akhirnya bisa membuka desa wisata baru.

2. Aktif berjejaring dan berkomunitas. Tentu kita tidak bisa sendiri kita butuh wadah atau komunitas yang bisa mendorong kita bertumbuh. Contoh terlibat langsung pada GenPI (Generasi Pesona Indonesia).

Bayangkan di setiap desa yang ada di Sumut para milenial nya  saling berjejaring dan saling membangun bukan tidak mungkin setiap desa yang ada di kawasan Danau Toba muncul objek wisata baru? 

3. Bertindak,inovasi dan evaluasi. Ini menjadi fase terakhir. Sebab sebuah perencanaan hanya tinggal perencanaan jika tidak dilakukan sebuah tindakan. Seperti tindakan atau kegerakan para muda yang ada di Bangka Tengah. Yang meskipun awalnya diejek terus maju hingga akhirnya berhasil membuat Danau buatan yang kini menjadi objek wisata baru.

Inovasi juga menjadi kunci percepatan terjadi. Terutama dalam inovasi promo-promo akbar. Menurut data BPS di tahun 2014-2020, masyarakat Asean menjadi pengunjung terbanyak ke Sumatera Utara, disusul dari Eropa kemudian Amerika.

Jika kaum Milenial sudah bergerak di depan dan menjadi SDM handal di seluruh sektor wisata yang ada di DSP Toba, maka inovasi akan sangat cepat dieksekusi. Salah satunya menarik para wisatawan asing untuk konvensi dan memilih MICE di Indonesia aja.

Evaluasi juga menjadi penting. Di saat gagal,evaluasi akan mampukan kita mengetahui penyebab nya. Begitu juga sebaliknya disaat berhasil, evaluasi akan menghasilkan tindakan kemajuan baik di setiap harinya, di setiap minggunya, di setiap bulannya bahkan di setiap tahunnya. Sebab pengalaman bukanlah guru yang terbaik, melainkan pengalaman yang dievaluasi itulah yang menjadi guru yang terbaik.

Bagaimana peran pemerintah?

Pemerintah kita sekarang sangat aktif bahkan terus membangun fasilitas-fasilitas yang sangat mumpuni. 

Mulai dari akses jalan, moda tranportasi yang ramah lingkungan. Terakhir KemenPUPR, seperti yang dilansir liputan6.com (9/9/2021), telah menyelesaikan 100 persen pembangunan 1.799 unit Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) untuk dijadikan homestay dan workshop di DSP Toba. 

Pembagunan Homestay di Kawasan Danau Toba (Liputan 6.com) 
Pembagunan Homestay di Kawasan Danau Toba (Liputan 6.com) 

2. Membangun pusat-pusat studi yang berkualitas dan berkelas bidang pengembangan Pariwisata dan berharap itu bisa tersebar di setiap Kabupaten yang ada di Kawasan Danau Toba. Baik itu mungkin setingkat SMK maupun Perguruan Tinggi.

Hal ini menjadi penting untuk bisa meningkatkan SDM yang ada bahkan mempersiapkan generasi baru yang akan siap meneruskan keberlanjutan pengembangan DSP Danau Toba di masa mendatang.

Terakhir, segala sesuatu tentunya dimulai dari hal yang kecil. Jika para milenial melihat ternyata bisa hidup bahkan lebih dari cukup dalam bidang Pariwisata, bukankah para milenial muda maupun generasi selanjutnya akan tertantang untuk menangkap peluang yang sangat menjanjikan di sana. 

Jika sudah banyak yang teredukasi dan menjadi SDM terbaik, bukankah ini menjadi modal yang kita yang dahsyat  di dalam menggerakkan pengembangan DSP Toba menjadi Wonderful Indonesia yang melegenda ke penjuru dunia sekaligus melestarikannya dan menjadi Heritage of Toba?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun