Di tengah-tengah pandemik seperti sekarang ini seharusnya membuat kita bisa lebih banyak mengerjakan apa yang betul-betul kita sukai, seperti halnya mengerjakan hobi kita. Sebab waktu kita tentu lebih banyak ada di rumah karena situasi seperti saat ini memaksa kita lebih banyak ada di rumah.
Dengan situasi yang tidak bisa kita hindari yakni adanya work from home (WFH) tentu ada satu waktu yang membuat kita kadang merasa begitu jenuh. Karena mungkin selalu berhadapan dengan perangkat kerja kita seperti laptop ataupun lainnya.
Mata yang lelah akibat terlalu banyak bekerja di depan layar tentu membutuhkan warna-warna yang hijau untuk bisa membuat mata kita kembali segar. Perlu yang namanya istirahat sejenak sambil memandang daun-daunan yang hijau. Dan akan sangat pas jika kita ternyata mempunyai kebun hidroponik.
Bicara tentang hobi Bapak Ignasius Jonan, gak menyangka usai purna tugas dari jabatan Menteri di periode lalu, beliau ternyata suka yang namanya bercocok tanam, khususnya dengan menggunakan metode hidroponik. Meskipun dengan hanya memanfaatkan pekarangan rumah saja, beliau mampu menginpirasi dengan berbagi kebaikan kepada orang-orang atau lingkungan sekitar.
Jauh lebih berarti dan kesannya tentu lebih dalam jika yang kita bagikan itu ternyata hasil dari tangan kita. Artinya berbagi kebaikan tak mesti harus tampak besar. Hal-hal sederhana dan kecil dan itu datangnya dari hati atau passion kita, tentu memberikan dampak yang sangat besar. Bukan hanya kepada sang penerima, kita sendiripun tentu akan jauh lebih berbahagia.
Dengan mengerjakan hobi tapi tidak mengabaikan tugas-tugas yang lain, tentu membuat hidup kita jauh lebih bermakna. Rasa boring atau merasa bosan akibat situasi WFH tentu tidak akan terasa lagi.
Inspirasi dari hobi Bapak Ignasius Jonan, yakni berhidroponik, telah membuat saya kembali bergairah untuk mengerjakan hal yang sama. Meskipun dalam beberapa waktu lalu sempat vakum karena satu atau dua hal.
Meskipun dengan ratusan lubang tanam saja, tapi dampak ekonomisnya bagi keluargaku lumayan terasa. Dimana bukan hanya kebutuhan sayur-mayur cukup bagi keluargaku, aku juga sering berbagi kepada beberapa tetangga di saat-saat mereka butuh. Bahkan tak jarang dari mereka juga memberikan ala kadarnya atas sayur-sayur yang mereka dapatkan.
Berhidroponik bagiku tentu bukan hanya sekedar hobi, tapi ada tekad dari dalamku, yakni ingin mengajak orang-orang yang ada di desaku untuk melakukan hal yang sama. Minimal di saat mereka melihat yang sudah kudapatkan. Dan di saat-saat pertemuan dengan mereka di balai desa berharap mereka bisa terinspirasi dan mau memulai.
Pasalnya tidak membutuhkan modal yang begitu besar, sebab menggunakan media barang-barang bekas seprti aqua bekas sebagai media tanamnya.
Di tambah lagi perangkat desa juga mau mendukung dengan rencana ini. Lewat Musrembang (musyarawah rembuk dan pengembangan) Desa untuk tahun anggaran 2022, saya mencoba memasukkan proposal ber-sayur dengan hidroponik sebagai kegiatan pemberdayaan. Semoga disetujui apa yang sudah saya masukkan.Â
Dan yang paling penting masyarakat di desaku bisa berhasil ber-swadaya sayur, sehingga tak perlu lagi beli. Â Bahkan berharap bisa menjadi produsen sayur yang tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H